Seorang ibu berusia 40 tahun warga salah satu dusun di wilayah Kecamatan Rongkop dikabarkan tiba-tiba meninggalkan rumah pada Sabtu sore pukul 15.00 WIB kemarin (01/9/2018). Keluarga, sanak saudara, dan tetangga sempat mengalami kepanikan. Setelah dilakukan pencarian di area sekitar tempat tinggalnya, sekitar pukul 21.15 WIB, ibu tersebut ditemukan di tengah ladang belakang rumah. Ia ditemukan dalam kondisi terduduk lesu di antara pepohonan dan terlihat linglung.
Menurut petugas Kepolisian Sektor Rongkop yang bersama masyarakat ikut melakukan pencarian, diterangkan bahwa ibu tersebut ditengarai sedang dalam kondisi depresi. Hasil penelusuran yang dilakukan petugas kepolisian, apa yang dialami ibu tersebut dipicu oleh kebingungan dalam menghadapi permasalahan ekonomi rumah tangga. Kepolisian bersama warga setempat dilaporkan terus berusaha untuk membantu mengurai permasalahan yang dihadapi warga tersebut.
Memahami permasalahan kesehatan jiwa memang tidak semudah memahami masalah kesehatan fisik. Karena gejala-gejala yang muncul tidak kasat mata seperti bekas luka atau tekanan darah tinggi yang bisa menjadi penanda suatu penyakit pada pemeriksaan kesehatan fisik.
Depresi, misalnya, terkadang tidak disadari kemunculannya, bahkan oleh orang yang mengalami, karena orang tidak mengenali ciri-ciri depresi yang dialaminya. Depresi dapat diartikan sebagai sebuah kondisi gangguan psikologis dengan ciri adanya perasaan sedih atau kekosongan mendalam. Orang yang depresi biasanya merasa bahwa mereka seolah masuk ke dalam lubang yang dalam, gelap, dan sulit untuk keluar dari sana.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-V (DSM-V), diagnosis depresi dapat diberikan (hanya melalui pemeriksaan oleh profesional, seperti psikolog/psikiater). Jika terjadi, kemunculan depresi setidaknya ditandai munculnya 5 gejala dari sekumpulan gejala-gejala berikut selama dua minggu berturut-turut:
- Merasa tertekan (sedih, kosong)
- Kehilangan minat beraktivitas
- Nafsu makan/ berat badan terganggu
- Masalah tidur
- Gangguan psikomotorik
- Merasa lelah atau tidak berenergi
- Merasa tidak berharga/bersalah
- Sulit berpikir/konsentrasi/mengambil keputusan
- Berpikir tentang kematian atau mencoba bunuh diri.
Kemunculan gejala-gejala tersebut biasanya mengganggu fungsi harian dan menurunkan produktivitas orang yang mengalaminya. Keparahan tingkat depresi dapat ditentukan oleh jumlah gejala yang muncul dan intensitasnya. Penelitian mengenai depresi menunjukkan, bahwa setiap orang dapat mengalami depresi pada setidaknya satu masa dalam hidupnya.
Pada dasarnya, depresi dapat muncul sebagai manifestasi dari perasaan tertekan mendalam yang dialami seseorang, karena masalah-masalah sehari-hari, perasaan kesepian, dan alasan-alasan lain yang sangat manusiawi. Jadi, mengalami depresi adalah hal yang wajar, bukan sesuatu yang aneh, apalagi dianggap sebagai sesuatu yang memalukan.
Depresi Bisa Dikendalikan
Kabar baiknya, jika dapat dikenali dan ditangani dengan semestinya, depresi dapat dikendalikan sehingga tidak akan mematikan fungsi keseharian orang yang mengalaminya. Mudahnya, bayangkan seseorang yang mengalami flu. Ia sadar bahwa ia flu karena ia beringus dan tenggorokannya sakit. Ia pun mencoba menangani flunya sendiri, misalnya dengan lebih banyak minum air putih dari biasanya, banyak makan buah dan sayur untuk menambah asupan vitamin, dan berangkat tidur lebih cepat di malam hari.
Pendekatan yang sama sebetulnya dapat diterapkan pada masalah kesehatan jiwa seperti depresi. Langkah pertamanya, dimulai dari belajar mengenali gejala depresi diri sendiri, sehingga tahu kapan perlu bertindak untuk melakukan langkah-langkah penanganan yang diperlukan!
Walau secara umum depresi ditunjukkan oleh sekelompok gejala tertentu, namun gejala depresi yang menonjol dapat muncul berbeda pada tiap orang. Ada yang misalnya lebih dikuasai oleh gejala perasaan dan pikiran, seperti sedih berkepanjangan dan berpikir negatif tentang diri sendiri terus-menerus, atau gejala fisik dan perilaku, seperti sulit tidur dan tidak bisa beraktivitas karena merasa lelah sepanjang waktu.
Mengamati ciri awal depresi yang khas pada diri sendiri adalah hal yang penting. Kapanpun gejala awal tersebut muncul, maka seseorang akan dapat langsung mengambil langkah untuk menanganinya. Semakin cepat ditangani tentu semakin baik, bukan?
Cara Menangani Depresi
Nah, sekarang, bagaimana cara menanganinya? Sebelum mulai di bagian ini, perlu diingat bahwa penanganan depresi, terutama yang bersifat kronis, tentu paling disarankan untuk dikonsultasikan dengan profesional, seperti psikolog atau psikiater. Namun, ada juga cara-cara sederhana yang dapat dilakukan oleh orang yang mengalami depresi itu sendiri untuk mengelola gejala depresinya.
Mari kembali sejenak pada contoh flu yang telah dibahas sebelumnya. Dokter dapat memberikan saran medis untuk mengatasi flu, dan memberikan obat jika diperlukan, namun menambah jam istirahat dan menambah porsi buah sebagai asupan vitamin adalah cara ampuh menangani flu yang dapat dilakukan sendiri dan atas kesadaran sendiri pula.
Pada konteks depresi, penanganan mandiri yang dapat dilakukan antara lain menjalankan hobi secara rutin, berolahraga untuk mengelola kondisi fisik dan menenangkan pikiran, melakukan kegiatan yang menyenangkan setidaknya satu kali setiap hari atau ketika gejala depresi muncul, dan bercerita kepada orang yang dapat dipercaya untuk menumpahkan perasaan.
Cara-cara tersebut dapat menjadi jurus yang sederhana namun ampuh untuk mengelola depresi. Pada dasarnya setiap orang mampu mengendalikan depresi, dan bukan sebaliknya, dikendalikan oleh depresi. Karena itu, ayo selalu hindari mengejek atau membully seseorang yang sedang menderita depresi, tetapi ayo bantu pulihkan kondisinya.
***
Referensi: Retha Arjadi, M.Psi (Kompas.com).