Memutus Siklus Hama dengan Tanam Varitas Berbeda

WONOSARI (KH)— Bersama Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, kelompok tani Tri Tunggal Karya Padukuhan Siraman 3, Desa Siraman Kecamatan Wonosari melaksanakan panen raya perdana padi varietas Inpari 7.

Bacaan Lainnya

Benih padi Inpari 7 merupakan bantuan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY. Penggunaan benih Inpari 7 dimaksudkan untuk pergiliran varietas padi sehingga lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman.

“Tujuan lain dari BPTP memberikan benih sebagai diseminasi percontohan. Paska penanaman dapat diketahui feedback mengenai sejauhmana kecocokan dan potensinya untuk pengembangan,” kata Kepala Bidang Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Raharjo Yuwono, Rabu, (25/1/2017).

Hasil ubinan padi Inpari 7, sambung Raharjo, rata rata menghasilkan 8,9 ton Gabah Kering Panen (GKP) per Hektar atau setara 7,3 ton Gabah Kering Giling (GKG) per Hektar. Dibanding varietas benih padi yang biasa ditanam sebelumnya, hasil benih Inapari 7 dapat dikatakan kurang lebih sama atau seimbang dengan Ciherang.

“Maksud  penggunaan varietas alternatif antara lain adalah untuk memutus siklus hama. Karena penggunaan benih yang selalu sama juga mengandung resiko,” tandas Raharjo.

Sambung dia, jikalau terus menerus suatu hamparan lahan pertanian berkali-kali ditanami padi dengan varietas yang sama kemungkinan besar ketahanan terhadap hama penyakit bisa patah sehingga terjadi eksplosi hama atau ledakan populasi hama.

“Memang terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ledakan populasi suatu hama tanaman. Selain faktor pertama adalah kondisi cuaca, budi daya yang monokultur juga dapat menyebabkan,” Raharjo menekankan.

Pada pelaksanaan panen padi varietas inpari 7 di Desa Siraman tersebut telah menggunakan alat pemanen modern. Kelompok tani menggunakan mesin Combine Harvester bantuan dari pemerintah pusat tahun 2015 lalu. (Kandar)

Facebook Comments Box

Pos terkait