Ngaren Besole Riwayatmu Dulu

Seakan aku tidak percaya dengan postingan pak Sekjen SG (Seputar Gunungkidul), yang kasih woro-woro dengan gambar mengabarkan bahwa Kali Ngaren saat ini dinormalisasi. Wuelok nan, seprono-seprene lagi saiki Ngaren tersentuh yang namanya normalisasi, mantrap tenan pokokmen. Jikalau ditarik kebelakang kenangan tentang Ngaren, wis hura ono entekke pokokke. Penuh dengan kenangan yang mewarnai setiap sudut hari-hariku pada masa kecil.

Pada saat kecil, aku paling seneng nguping mbah Kung jagongan sambil wedangan di rumah depan. Biasanya mbah Kung jagongan dengan teman sebaya mbah Kung, setau aku dengan mbah Karso Jumeno yang letak rumahnya kira-kira beda 10 rumah dari kediaman mbah Kung. Seperti biasa kalau aku mau nguping mbah Kung jagongan, aku pura-pura tidur di dipan besar yang ada di ruang tamu tempat mbah Kung biasa jagongan. Mbah Kung kalau jagongan itu membicarakan apa saja, dari weton, ngitung mongso dan juga cerita wayang pokoknya apa aja. Salah satu topik yang menarik adalah tentang Ngaren Kali Besole kidul omah itu,

Konon katanya, Ngaren di kali Besole yang mempunyai ciri khas berupa batu karang atau batu cadas yang sangat keras melintang di tengah-tengah aliran Kali Besole. sangking kerasnya batu tersebut menyebabkan aliran kali Besole yang seharusnya bisa mengalir lurus harus dibelokkan ke kiri lalu dibelokan ke kanan lagi. Semua gara-gara aliran kebendung batu cadas yang melintang membentuk geger boyo tersebut. Konon kata mbah Kung, disitu terdapat kincir raksasa yang dibangun oleh para sesepuh dan pada saat-saat tertentu akan kedenganran suara dengungnya. Lagi-lagi ini konon katanya, karena semenjak aku lahir anak-anak hingga dewasa, aku belum bisa melihat atau melacak bekas-bekas dari kincir raksasa tersebut.

Ada pula versi yang berdasarkan katanya-katanya, bahwa Ngaren itu dulunya tumbuh pohon aren yang banyak di situ, sehingga tempat itu dinamakan NGAREN. Namun, lagi-lagi aku ndak bisa membuktikan cerita ini karena aku belum bisa melihat bekas-bekas dari tumbuhan aren yang banyak tumbuh di situ. Satu yang aku masih bisa saksikan adalah tebing yang berada di seberang batu cadas geger boyo, kalau tebing yang ini agak rapuh, ndak seperti tebing batu cadas geger boyo tersebut. Karena aku jadi saksi bahwa tebing tersebut jugruk dan sekarang sudah tidak ada lagi tebing tersebut. Aku melihat dan menjadi saksi jugruknya tebing tersebut. Jika anakku takon, aku yo isa nyritakke babakan tebing yang ada di seberang tebing geger boyo tersebut.

Lain pula saat mangsa ketiga, biasanya kalau ketiga dawa, maka kali Besole termasuk juga Ngaren akan asat banyunya. Nah ini membuat satu pemandangan dan juga menjadi tempat yang sangat exotic untuk bermain-main di kali asat tersebut. Termasuk nggaya koyo yok-yok’o nirokke film nang TVRI jaman semana.

Saben dina wayah jam sepuluhan aku sama temanku Wahyu Hardoyo niru-niru film TVRI sing judule Rin Tintin kisah tentang segawon sing pinter. Nah gandheng temanku Wahyu Hardoyo nduwe segawon kampung tur yo ijih cilik, mangkane aku ro Wahyu nglatih si Blacky neng ngaren. Dari lari-lari turun naik tebing geger boyo, lari-lari di dasar kali dan juga lompat dari tebing, semua aku latih si Blacky. Pokokke wis kayak nggon pilem kae neh, entek-entekane yo gur zong wong sejatine segawon kampung kemampuan ya sebatas itu aja.. Hehehehehe……..

Nah yang paling berkesan tentang Ngaren itu adalah menjadi kolam renang yang melebihi ukuran olimpiq kalau lagi usum rending. Suka-tidak suka mengakui atau tidak mengakui, Ngaren menjadi wahana aku bisa berenang walau asal ngambang tanpa gaya. Gaya ya gaya ciblon ting kecopak kayak bebek kae. Tapi mendinglah jaman aku Ngaren hadir bisa menjadi sarana berlatih renang, dan tentu saja gratis-tis kapan saja bisa berlatih sampai sampai kelamaan main di Ngaren. Pernah suatu ketika ibuku cemas karena di hulu sedang mendung gelap, takutnya hujan lebat dan mengakibatkan meluapnya kali Besole, padahal aku masih mandi ciblon di Ngaren.

Disamperin kakakku ndak mempan, aku masih ciblon bersama temen-temenku. maka ndak aku harapkan sama sekali bajuku dibawa pulang oleh kakakku. Jiaaaannn blaik…. Akhirnya aku mulih mbligung ra klamben ra katokkan………………………..…. TELO. Untung akoh rung supit.

Kabar terakhir yang kudapat dari pak Sekjen, jare batu geger boyo ndak dibrongkal. Takut kuwalat jarene….

Wis ngene sik wae….

Tertanda: Penggemar Tongseng Pasar Argosari.

Loading

Facebook Comments Box
Spread the love