“Penginthil” secara fungsionalitas berusaha menguraikan lagu “balungan” dalam konteks lagu gendhing mirip dengan hadirnya peking dalam sajian sebuah gendhing. Walau hanya sebatas “doubelli” atau “niroke“, keberadaan penginthil mampu menambah suasana semakin meriah.
Belajar dari perkara ini, walau hanya sebagai “ban serep“, “tambah tambah“, “kethek kopyok“, atau “penghias“, namun “penginthil” masih dalam keluarga “balungan” yang kokoh dan keras dalam menopang sebuah orkestra atau bangunan apapun.
“Thi thi lo no… thi thi lo no…” Begitu bunyi “penginthil”.
Yuukkk, semangat selalu ya.
***
Facebook Comments Box