Rindu Pagi di Kampung Halaman

Rindu suasana pagi di kampung halaman. Foto: Riswanto.

Sudah tujuh tahun yang lalu foto inih aku ambil, ketika rasa rindu itu bergelora, menggodaku dalam angan dan bermain dengan melodi memori, mengelitik memaksaku untuk mengungkapkan rasa rindu akan kampung halaman. Dengan rasa yang membuncah ro eluh kan tumetes alon nang pipiku tak tulis tentang rindu ini. Rindu akan pagi di depan rumah tepatnya di Gadungsari Wonosari depan tegalan mbah Janut.

Tegalan mbah Janut menjadi tempat favorit yang luas dan nyaman buat main ‘bal-balankalau musim ketigo. Paling sebel tegalan mbah Janut kalau ditanami kedelai, karena cara memanen kedelai dengan cara dibabat kira-kira 10cm dari tanah, jadi masih menyisakan tunggaknya, kamongko kadang main bal-balan hura nganggo sepatu dadi yo ngeri-ngeri sedap gitu deh. Jika musim telah berganti maka saatnya buat ‘ngundha layangan‘ dan yang pasti nyebahi buat mbah Janut, karena ngundo layangan pas sedang tanaman tumbuh atau tukul. Aahhh masa kecil yang bahagia penuh dengan canda tawa.

Jikalau masuk musim ‘rendeng‘, nah saat aku dan kawan-kawan main udan-udanan sambil ngejar-ngejar walang. Dan sampai sekarang yang aku tidak mengerti adalah ketika nguyak Walang pasti dengan berteriak “bt…bt..bt…” artinya apa dan untuk apa aku tidak tahu apakah ada hubungannya dengan Walang yang dikejar atau apa, wis embuhlah. Dan ketika sudah merasa capek maka selanjutnya diteruskan dengan mandi di kali Ngaren yang amat sangat legendaris itu. Wis pokokke anane mung seneng karo seneng.

Temanku waktu kecil Wahyu Hardaya, “sido wani ngladhak po ra koe?

“Bolahku gelasan dewe nganggo pecahan semprong teplok hlo…, Hayooo, gek sangkutan layangan nganggo bolah gelasan dewe.”

Teriakan-terikan itu kadang aku dengan dengan jelas, setelah aku pastikan bahwa semua itu hanyalah fatamorgana yang bermain indah dalam angan-angan aku.

Dah gitu ajah….

Tertanda : Penggemar Tongseng Pasar Argosari

Facebook Comments Box

Pos terkait