Tips Aman dan Selamat Mengemudi pada Tanjakan dan Turunan

Tanjakan Clongop Gedangsari. Swara/Tugi.

Libur panjang Idul Fitri tahun ini menjadi waktu yang pas untuk berlibur dengan keluarga. Di Gunungkidul ada banyak destinasi wisata yang dapat menjadi pilihan. Meski demikian, perjalanan dengan kendaraan pribadi di beberapa ruang jalan di Gunungkidul berhadapan dengan masalah turun naik ruas jalan yang ekstrim, seperti: tanjakan Clongop Gedangsari, tanjakan Jurangjero Ngawen, dan tanjakan Cinomati penghubung antara Patuk Gunungkidul dengan Pleret Bantul.

Tanjakan atau turunan lumayan ekstrim juga ditemukan pada beberapa ruas jalan menuju beberapa destinasi wisata, seperti: ke Pantai Siung, Pantai Timang, Pantai Pok Tunggal, Pantai Ngobaran, Pantai Bekah, Bukit Nglanggeran, Puncak Pilangrejo, Puncak Mertelu Gedangsari, dan lainnya. Jika tak diantisipasi, tak jarang kondisi ini menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Bacaan Lainnya

Kondisi jalan berbukit memiliki banyak tanjakan dan turunan, sehingga dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan. Keadaan cuaca serta jam terbang pengemudi juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya hal yang tidak diinginkan tersebut.

Jusri Pulubuhu, pendiri Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), berbagi tipsnya. Ia menegaskan bahwa untuk menahan laju kendaraan di jalan menurun, selain menggunakan rem juga selayaknya ditambah dengan engine brake alias rem mesin.

“Menempatkan posisi gigi yang lebih rendah untuk menahan laju kendaraan pada jalan menurun adalah baik sebagai prinsip penggunaan engine brake. Namun, perpindahan gigi jangan dilakukan saat mau turun atau menanjak. Tetapi dilakukan saat di punggung bukit (sebelum turun atau naik),” kata Jusri Pulubuhu.

Jika perseneling dipindahkan saat tanjakan atau turunan, maka akan kehilangan momentum.

Banyak mobil atau truk yang kehilangan momentum, kemudian mundur tak terkendali dan berakhir dengan kecelakaan. Ketika berada di turunan dan melakukan perpindahan gigi, maka laju kendaraan akan lebih cepat. Dengan demikian, tentu akan menimbulkan beban yang berat pada rem. Jadi, saat berada di jalan menananjak atau menurun, sebaiknya tidak memindahkan perseneling.

Misal saja, ketika melaju dari bawah ke atas, mobil bergerak dengan tenaga dan momentum dari kecepatan masa sebelumnya. Saat bergerak dan sudah di atas, tetapi belum sampai puncak dan kemudian injak kopling untuk pindah gigi perseneling, gas akan lepas dan momentum turun. Jika itu dilakukan, berpotensi celaka, karena kecepatan lambat, RPM tinggi, dengan kemiringan tanjakan, mobil akan melorot.

Penggunaan kopling yang tepat

Begitu juga dengan jalan di turunan, sebaiknya jangan memindahkan perseneling. Namun, ketika terpaksa harus memindahkan perseneling, selalu injak rem, dan jangan hanya menginjak kopling untuk pindah gigi. Menurut Jusri, berbeda keadaannya dengan melaju di permukaan datar, karena saat turun ketika kopling diinjak, mobil akan meluncur lebih cepat.

Jika kebiasaan tersebut dilakukan, maka pengemudi akan mengalami disorientasi saat di jalan menurun, dan biasanya panik jika mobil melaju lebih cepat, terlebih untuk pengemudi pemula. Berhenti di tengah-tengah tanjakan pasti pernah dialami oleh pengemudi. Kondisi ini sangat menantang karena saat start atau mulai melaju lagi mobil berpotensi mundur.

Pertama, saat melewati tanjakan dengan kondisi lalu lintas padat atau macet, selalu menggunakan gigi rendah, yaitu 1 (untuk mobil manual) atau L (untuk mobil matik). Tujuannya agar mobil selalu mendapatkan torsi dan tenaga optimal. Jangan pula melewati tanjakan dengan cara setengah kopling atau kopling menggantung.***

Facebook Comments Box

Pos terkait