Bagaimana Cara Kerja BMKG Menyusun Prakiraan Cuaca?

Proses kompilasi data yang dilakukan BMKG untuk melakukan prakiraan cuaca. Dok: BMKG.

Kalau mau jujur mengakui, kita sering terjebak berperilaku memandang sebelah mata dan “nggampangke“. Meremehkan hasil pekerjaan pihak lain dan menganggap tidak penting, meskipun hal tersebut sesungguhnya menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan suatu aktivitas.

Dahulu, acara siaran TVRI yang dipandang sering membikin jengkel dan njelehi adalah siaran Prakiraan Cuaca dari BMG (sekarang BMKG). Padahal, membuat prakiraan cuaca tidak semudah yang dibayangkan. Kalau mau belajar pada kebiasaan masyarakat tradisional, maka ilmu titen tentang pranata-mangsa para leluhur pada dasarnya adalah sebangun dengan apa yang selama ini diterapkan oleh para prakirawan cuaca, dengan basis teori-teori dasar ilmu fisika dan pengamatan terhadap fenomena alam yang terjadi.

Bacaan Lainnya

Ketahui Konsep Dasar Membuat Prakiraan Cuaca

Ahmad Zakir, pengajar Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyatakan, membuat prakiraan cuaca sepintas sangat mudah, karena ouputnya kombinasi antara: cerah, berawan, hujan ditambah dengan fenomena lain seperti petir atau halilintar ditambah lagi angin kencang. Namun, dibalik informasi singkat yang diberitakan tersebut tidaklah mudah mendapatkan data dukungnya.

Diperlukan pengetahuan yang memadai tentang atmosfer bumi. Tidak hanya itu saja, diperlukan juga pengalaman serta keberanian dalam membuat keputusan. Andai saja bumi kita ini karakteristik cuacanya sama, maka hampir dipastikan memprediksi cuaca sangatlah mudah, dan tidak perlu lagi sumber daya manusia yang hebat atau berlatar belakang perguruan tinggi atau berteknologi tinggi. Kenyataannya, setiap daerah mempunyai ciri khas cuaca tersendiri. Apalagi keadaan cuaca antar negara, antar benua, antar samudera tentunya pasti berbeda.

Contoh saja, ketika di Ambon ada hujan, di tempat lain tidak ada hujan. Di Amerika ada salju, di Jakarta malah panas. Contoh lain yang sangat sederhana saja, ketika kita ada di Makassar pasti akan merasakan sejuknya angin laut dan angin darat atau angin pegunungan, tetapi di Bandung tidak akan pernah mengalami angin laut karena memang letaknya jauh dari laut atau pantai. Di Bandung cukup merasakan angin darat dan angin gunung. Ya, 2 lokasi dengan karaktertistik cuaca yang berbeda. Masih banyak contoh-contoh daerah atau wilayah yang mempunyai karakteristik cuaca yang berbeda.

Dari ciri khas itu saja sudah terlihat, bahwa mau tidak mau, suka atau tidak suka, setiap prakirawan harus memahami karakteristik cuaca setempat, sehingga lebih mudah memahami sirkulasi udara lokalnya. Setiap prakirawan juga tidak mudah tertipu indahnya warna warni gambar dari model NWP (numerical weather condition), tetapi harus memahami filosofi fenomena cuacanya.

Membuat prakiraan cuaca pada dasarnya tidak lepas dari kaidah ilmu fisika, kaidah ilmu matematik dan filosofi dinamika atmosfernya.  Tidak satupun negara yang hasil prakiraan cuacanya mencapai 100%, akurasi 80% sudah sangat baik.

Facebook Comments Box

Pos terkait