Buah malaka ternyata masih ada di wilayah pegunungan Baturagung Gunungkidul. Bilal Surahman, warga Dusun Sriten Desa Pilangrejo Nglipar masih menjumpai buah tanaman liar di hutan dekat rumahnya. Saat ini sedang musim panen buah tersebut, dan ia bersama rekan-rekannya memetik buah dari hutan. Hasil ada yang dikonsumsi sendiri, namun sebagian besar ia jual memenuhi permintaan lewat media online.
“Malaka itu tanaman liar. Nggak ada yang menanam. Panen tidak ada musim, karena jika sudah tua langsung muncul bunga. Buah bisa ditemui sepanjang tahun, tapi biasanya akan berbuah lebat jika musim kemarau. Rasanya ketika baru digigit pahit sepat, jika sudah ditelan menjadi manis asam,” terang Bilal.
Bilal menceritakan, jaman dulu, buah ini biasa dimakan oleh masyarakat di dusunnya ketika sedang ngarit di hutan lalu kehausan. Ada warga dusun yang pernah bercerita, sehabis makan buah ini lalu minum air putih, maka akan terasa manis di lidah. Menurutnya, buah ini bisa dimakan dengan atau tanpa dikupas kulitnya. Buah melaka bisa dilotis, dirujak, dimakan langsung, dibikin jus atau sirup atau dibuat manisan.
“Saya menjualnya dengan harga Rp 23.000/kg. Pasaran biasanya ke Jawatimur. Pembeli memesan melalui medsos, setelah transfer uang lalu saya kirim. Ada juga pembeli lokal Gunungkidul dan Jogja yang memesan dulu baru kemudian mengambil brangnya jika sudah ada. Sebagian besar membeli karena untuk obat,” urai Bilal.
Tanaman dan buah malaka atau kemlaka (Jawa) juga sering disebut dengan berbagai nama lain. Nama-nama daerah di Indonesia antara lain balaka, balangka (Minangkabau), mlakah (Madura), dan karsinta (Flores). Di Malaysia disebut melaka. Di India dan negara seputar India disebut amla, amlaki, ammalaki, amala, nillika, nellikya, nellikai. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Indian gooseberry.
Menurut beberapa artikel, buah malaka ini mengandung banyak vitamin C. Malaka juga memiliki aneka manfaat untuk menjaga kesehatan. Ada yang menyebutkan dapat memperbaiki peredaran darah, menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) sekaligus meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). Dalam tradisi Hindu, malaka merupakan tanaman yang disucikan, dan menjadi unsur penting dalam pengobatan tradisional India Ayurveda.
Bilal menceritakan, tanaman malaka sudah dijumpai warga masyarakat Pegunungan Baturagung sejak jaman dahulu. Ia juga sudah mendapati tanaman dan buah tersebut sejak masih kanak-kanak ketika bermain ke hutan.
Menurutnya, malaka termasuk tanaman keras dengan pertumbuhan lambat, akan berbuah jika sudah berusia di atas 3 tahun. Tanaman ini bisa dibudidayakan dengan semai biji. Untuk pencangkokan, ia mengaku belum pernah mencoba. Ciri khas tanaman ini berkulit tebal, kambium sedikit, jika kulit dikelupas cepat berubah warna menjadi kecoklatan. Menurutnya, ciri-ciri tersebut menandakan bahwa tanaman ini susah dicangkok.
Ingin melihat bagaimana berburu buah malaka di Pegunungan Baturagung? Klik tautan video berikut: