SEPUTARGK.ID – Kontur perbukitan Baturagung yang memiliki tebing curam di sisi utara. Sementara sisi miring di bagian selatan ini merupakan bukit yang unik, karena bentuknya seperti pinggiran batu patah yang memanjang hingga berpuluh-puluh kilo meter.
Kami menganggap, wilayah yang terbagi menjadi beberapa desa ini merupakan daerah tangkapan air hujan yang hanya akan “basah” di musim penghujan saja. Adapun pada musim kemarau wilayah-wilayah ini hanya memiliki beberapa titik sumber air pegunungan yang kian hari kian mengecil debit airnya.
Namun demikian, geliat warga yang sebagian besar bekerja sebagai petani nampak semakin bersemangat. hal ini disebabkan beberapa faktor, yang di antaranya sebagai berikut:
1. Keyakinan masyarakat bahwa sektor pertanian merupakan sumber penghidupan yang paling bertahan di segala kondisi. Masyarakat kami memiliki tradisi menyimpan hasil panen padi hingga panen berikutnya, ditujukan untuk memenuhi kebutuhan beras. Baru kemudian sekitar 1 atau 2 bulan sisa padi dijual untuk biaya pertanian, sisanya ditabung. Masa “tanggap darurat parah” ketika pandemi kemarin, kebanyakan warga kami mengirimkan bahan pangan serta empon-empon untuk keluarga yang merantau di kota untuk membantu meringankan beban mereka.
2. Modal pertanian terbesar adalah modal sosial (gotong royong) sehingga biaya yang berupa uang tidak terlalu besar, itupun masih disuplai dari tanaman sela seperti empon-empon, pisang, serta palawija.
3. Modernisasi membuat pekerjaan menjadi lebih cepat, lebih ringan, serta yang paling penting bagi kami adalah tidak tertinggal musim tanam. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil karena kebutuhan air di sawah adalah mutlak. Lahan yang biasanya dicangkuli membutuhkan waktu berhari-hari bisa selesai dalam beberapa jam dengan adanya mesin bajak, lahan kering yang dulu hanya bisa ditanami singkong atau padi gogo kini bisa terairi dengan pipanisasi.
4. Varietas padi yang beragam membuat para petani bisa menyesuaikan dengan kondisi lahan. Apalagi sekarang sudah banyak jenis-jenis padi yang genjah untuk MH-2 yang masa hujannya pendek.
5. Fasilitas pendukung yang tersedia seperti transportasi, gilingan padi, tengkulak lokal, bahkan beras bisa bertambah nilainya karena pesanan catering, hajatan, dll.
6. Beragam pekerjaan penghasil uang dari pertanian pun tersedia seperti buruh tani, buruh tambang, buruh bangunan.
7. Bertani itu sehat jiwa raga, kecukupan sinar matahari, oksigen, pangan, dan gaya hidup petani masih cenderung sederhana.
8. Persaingan untuk memiliki tanaman terbaik dengan hasil panen memuaskan merupakan persaingan yang memuaskan, karena jerih payah dan rasa capek terbayar dengan kelimpahan pangan.
9. Penggunaan pupuk kimia yang sedikit, pengoptimalan pupuk organik membuat bertani menjadi lebih murah, sehat, sekaligus membuang limbah ternak.
10. Sampingan sebagai peternak pun terbantu dengan adanya pakan dari jerami kering, gulma, dedak, tebon, rendeng, dan sebagainya. Hasil ternak ini biasanya dipergunakan untuk kebutuhan besar seperti alat transportasi, membangun rumah, hajatan, dll.
Salam gemah ripah loh jinawi. Gotong royong adalah kekuatan, rasa syukur adalah kebahagiaan. Ana awan ana pangan. Tak ada daging ayam, hama pun jadi makanan.
***