Guwa-Wisata

Sulur-suluran; Guwa Bribin, Semanu. Swara/WG
Sulur-suluran; Guwa Bribin, Semanu. Swara/WG

Guwa yang berbentuk rong atau growong penuh dengan wadi (rahasia). Namun, wadi-nya bumi atau rahasia bumi yang berupa rong guwa inilah yang tampaknya ‘selalu’ dicari manu(sia). Guwa menempati wilayah yang bisa dijangkau sekaligus tak bisa dijangkau manusia. Guwa berada pada posisi antara mitos dan logos. Sementara itu wadi-bumi diceritakan oleh mitos dan logos  sebagai asal-usul penciptaan, minimal oleh teori penciptaan jagad Jawa. Rahasia bumi adalah rahasia waudadi: samudera tak bertepi. Air bawah permukaan guwa-guwa di Gunungkidul (banyak yang) bermuara di kali kemudian berakhir di waudadi. Air guwa bawah-permukaan (merangkap nadhi) dan air permukaan mengalir ke nadhi, air nadhi mengakhir di waudadi (samudera). Bima melakukan pengembaraan ke puncak gunung, ke jantung hutan, hingga berakhir ke palung waudadi (samudera). Manusia modern lewat ilmu pengetahuan dan teknologi pun demikian: terus berupaya mengeksplorasi wadi-nya bumi, ujung tak berpangkalnya goa, batasnya samudera, dan langit tanpa tepi.

Itu semua adalah asal dan tujuan ilmu pengetahuan.

Bacaan Lainnya

Sangkan dan paran manusia, seperti laku yang dicontohkan tokoh Syech Amongraga di sekitar Kanigara: dituju dengan berjalan melewati ‘gapura’ alam yang salah satu di antaranya disebut songpati. Song tempat sebuah kehidupan mencoba memasuki ‘kematian’ ragawi dan inderawi. Song tempat sebuah kematian-ragawi-inderawi hendak bertransformasi menuju kehidupan rohani. Song adalah ‘pintu’ guwa; gerbang kedalaman-kedalaman; pintu rahim alam (vulva). Guwa yang perawan (swanitta) di mulutnya dipenuhi ‘rambut-alam’: pepohonan. Guwa-guwa lain, mereka berada di balik grojogan yang gembrujuk airnya, yang di dalamnya kemricik airnya, yang di antaranya ada yang jatuh di debur ombak, juga di sebalik pepohonan yang rungkut, yang kanan kirinya tetumbuhan anjerambah, yang gelap dikepung sulur-suluran mulur, yang disilangi oyod yang nyekedhung, yang kanan-kirinya gunung-gunung berbentuk susu (pencu) Pegunungan Seribu. Among Raga (manik) menyatu dengan wadi (rahasia) Bumi. Ia mencari asal-usulnya: rahim ibunya, rahim bumi. Ia mencari air suci, di guwa, dan samudera.

Pancen ciyut dalan bolongan mring omah pungkur: memang sempit lubang-jalan menuju bagian guwa yang belakang. Bagian ini disebut omah-pungkur, atau kamar guwa. Seperti perlambangan omah pendhapa, di sisi belakang ada ruang pringgitan atau singgetan. Untuk melewati jalan ini harus menyibak pintu, mengecilkan badan. Menebak-nebak. Menerka. Meraih-raih. Menarik nafas. Membayangkan (keadaan) apa yang akan ditemui di balik kegelapan guwa. Perjalanan menuju guwa-garba alam membutuhkan kapital ilmu pengetahuan yang kompleks, yang lengkap.

Harapannya: bisa memeroleh biji (winih) ilmu di sana.

Facebook Comments Box

Pos terkait