Hati-hati dengan Perilaku yang Tiba-Tiba Menjadi Lebih Agamis

Religiusitas dan kesehatan jiwa. Foto: Yale Campusspress.

Koenig melaporkan, bahwa orang dengan gangguan jiwa yang ringan maupun parah sering datang ke perawatan medis mengalami delusi agama. Di Amerika Serikat, sekitar 25-39% pasien dengan skizofrenia dan 15-22% dari mereka yang menderita mania / gangguan bipolar memiliki delusi agama.

Dampak Agama dan Delusi Agama dalam Gangguan Psikotik

Bacaan Lainnya

Para peneliti mengatakan, dampak agama dan delusi agama dalam gangguan psikotik masih perlu studi lebih lanjut. Namun, tampaknya sebagian besar pasien dengan gangguan psikotik menganggap bahwa keyakinan spiritual menjadi mekanisme penanggulangan yang penting.

Bagi mereka yang tidak mengalami delusi agama, keyakinan dan kegiatan keagamaan sebagai mekanisme koping (penanggulangan) telah ditemukan dalam beberapa penelitian yang dikaitkan dengan hasil yang lebih baik untuk penanganan gangguan secara menyeluruh.

Sebaliknya, memiliki delusi agama telah dikaitkan dengan gangguan jiwa yang lebih serius dan hasil yang lebih buruk. Sebuah studi menemukan, bahwa pasien dengan delusi agama memiliki gejala psikotik yang lebih parah, riwayat penyakit yang lebih lama, dan fungsi-fungsi yang lebih buruk sebelum timbulnya episode psikotik.

Kita semua dapat melihat mengapa? Karena itu, penting bagi para profesional kesehatan untuk menyadari perbedaan-perbedaan ini. Para peneliti mendesak profesional kesehatan untuk memasukkan keyakinan pasien dalam mengevaluasi pasien secara keseluruhan dan menggunakan perawatan dalam membedakan antara keyakinan dan delusi yang kuat.

Agama, Khayalan, dan Psikosis

Terdapat fakta bahwa budaya suatu negara memiliki efek mendalam pada timbulnya delusi agama menunjukkan banyak hal yang menarik – terutama ketika kita menambahkan dalam hasil penelitian yang menemukan bahwa penganut Protestan memiliki dua kali tingkat delusi agama daripada pasien Katolik atau pasien non-religius.

Para penulis dan peneliti sepakat pada satu hal, bahwa siapapun yang merawat orang dengan gangguan psikosis perlu peka terhadap keyakinan keagamaan penderita gangguan jiwa yang tidak mengalami delusi. Peka untuk membedakan mereka dari delusi, dan peka untuk mengevaluasi seberapa upaya yang dapat membantu upaya pemulihan.

****

Referensi: Marcia Purce, patient advocate for those dealing with bipolar disorder. Artikel asli dalam Bahasa Inggris tersedia di http://www.verywellmind.com/religious-factors-in-bipolar-disorder-380485

Facebook Comments Box

Pos terkait