SEPUTARGK.ID – Masyarakat global memperingati 10 September sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia (World Suicide Prevention Day), disusul kemudian pada 10 Oktober sebagai Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (Word Mental Health Day). Dua tonggak hari peringatan yang diinisiasi WHO (World Health Organisation) dan IASP (International Association for Suicide Prevention) ini menjadi petanda penting, bahwa perkara kesehatan jiwa dan bunuh diri menjadi peroblematika yang perlu menjadi perhatian dan kepedulian masyarakat seluruh dunia.
Fakta di lapangan, perkara kesehatan jiwa terkadang masih dianggap perkara remeh. Bukan bukan hal penting yang pengaruhnya luas. Masih ada yang menganggap kesehatan jiwa itu cuma embel-embel lengkapnya hidup saja. Kesehatan jiwa memang bukan segalanya, tetapi segalanya tidak berarti tanpa kesehatan jiwa.
Spektrum kesehatan jiwa sesungguhnya sangat luas, berdampak ke seluruh aspek kehidupan. Kesehatan jiwa tidak hanya bicara tentang pengobatan pada kasus-kasus gangguan jiwa berat saja. Kesehatan jiwa menjadi esensi bagaimana masyarakat bisa berkembang fisik-mental-sosial-spiritualnya, mampu mengatasi permasalahan dan tekanan dalam hidup, mampu berkarya produktif dan berkontribusi bagi masyarakat luas.
Persoalan bunuh diri yang terjadi di berbagai belahan wilayah di dunia dan dihadapi oleh berbagai negara menjadi bukti masih adanya fenomena gunung es permasalahan kesehatan jiwa. Bunuh diri bukan diagnosa sebuah penyakit. Bunuh diri sesungguhnya menjadi fakta belum tertanggulanginya problematika yang tengah dihadapi masyarakat.
Di Gunungkidul, bunuh diri masih sering dipahami dan diyakini penyebabnya adalah pulung gantung. Anggapan bahwa kekuatan gaib bola api yang jatuh dari langit itulah yang menentukan hidup seseorang berakhir tragis dalam kematian yang tidak wajar karena gantung diri. Pemahaman dan keyakinan tentang pulung gantung ini terkadang menjadi jebakan tersendiri.
Masyarakat terjebak cara pandangnya, dan berakhir menjadi pasif. Menjadi ogah untuk bertindak mengatasi permasalahan nyata yang dihadapi untuk pencegahan risiko kejadian serupa di kemudian hari. Mitos pulung gantung di bawah sadar telah menjadi tameng dan pembenaran bahwa pencegahan bunuh diri itu mustahil dilakukan.
Obrolan Dipodjok bersama Wahyu Widayat dari Yayasan Inti Mata Jiwa ini mengupas secara detail perkara kesehatan jiwa dan perkara bunuh diri yang masih menjadi problema berat di Gunungkidul. Mau membuka diri, tak lelah berusaha dan bersinergi menjadi kekuatan untuk bersama-sama menanggulangi problematika ini.
***