Ini Lho Sejarah Ukuran Panjang!

Peradaban Mesir Kuno. Dok: freedomsiana.

Pernahkah Anda mendengar kata sekilan, sejengkal, sehasta, sedepa, dan lain-lainnya? Itulah ukuran panjang yang secara tradisional telah familiar dipakai para nenek moyang kita jaman dulu.

Ada yang secara berkelakar menyebut “sak-udutan” sebagai ukuran jarak dan waktu pada saat rombongan anak muda berjalan kaki naik gunung menuju puncaknya. Tentu saja, “sak-udutan” ini menjadi ukuran panjang yang sangat relatif. Karena lama seseorang menghabiskan nyala 1 batang rokok tentu berbeda-beda. Belum lagi kalau batang rokok itu tidak dinyalakan.

Satuan ukuran panjang merupakan salah satu satuan tertua yang dipakai oleh umat manusia. Menurut catatan sejarah, satuan ukuran panjang yang pernah dipakai di Mesir kuno kira-kira 4000 tahun SM dengan mengambil dasar dari bagian tubuh lengan Raja Firaun yang disebut cubit. Kemudian satuan tersebut diturunkan menjadi kaki, jengkal, tangan, dan jari (telunjuk). Dengan berbekal pada satuan panjang yang telah ditetapkan itu, Raja Firaun dapat membangun bangunan yang bersejarah yaitu piramida.

Di Indonesia, sejak dulu masing-masing daerah memiliki satuan ukur panjang masing-masing. Kesulitannya, nilainya tidak sama. Contoh ukuran panjang tersebut seperti depa (Jawa), kilan/jengkal (Jawa, Sumatra), bata/tombak (Jawa Barat, Jawa Tengah), elo, hasta, petak bahu, dsb.

Sebagaimana di Mesir, di Nusantara pada jaman Raja Syailendra telah dapat membuat bangunan dengan sistem ukuran lokal yang dipergunakan saat itu. Meski demikian, bangunan-bangunan tersebut merupakan kejaiban dunia yaitu Candi Borobudur, Candi Mendut, Roro Jongrang dsb.

Demikian juga di negara lainnya, seperti Inggris pada abad XII. Raja Henry I menetapkan satuan panjang yang disebut yard. Satuan ini didasarkan pada jarak dari ujung hidungnya ke ujung ibu jari saat tangan dibentangkan.

Satuan panjang lainnya dengan nama foot dan inch yang semuanya biasa disebut Sistem Imperial. Satuan-satuan tersebut saat ini masih ada juga yang menggunakan terutama di negara-negara bekas jajahan Inggris.

Oleh karena peradaban dan budaya manusia yang makin berkembang dan meluas dan adanya hubungan antar masyarakat di seluruh dunia, maka dibutuhkan saling tukar informasi, teknologi, jasa dan perdagangan antar wilayah, sehingga kebutuhan keseragaman satuan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Dimulai tahun1789 beberapa negara bersepakat di Perancis untuk mengusahakan penyeragaman satuan panjang. Tepatnya pada tanggal 18 Mei 1790 Dewan Rakyat Perancis mendekritkan untuk menetapkan besaran panjang yang bernama metre atau meter.

1 Meter adalah sepersepuluh juta dari seperempat meridian bumi yang melalui observatorium Paris, yang diukur dari Dunkirk (pantai utara Perancis) sampai Barcelona (Spanyol)”. Sedangkan meridian adalah sebuah garis khayal pada permukaan bumi, tempat kedudukan titik-titik dengan bujur yang sama, menghubungkan kutub utara dan kutub selatan.

Kemudian para ahli dari Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis melakukan pengukuran yang sebenarnya yang dilakukan dari tahun 1792 sampai 1798 dan hasilnya adalah diwujudkan berupa satu batang Platinum yang
berpenampang persegi panjang dengan ukuran 25 x 4,05 mm yang berbentuk ukuran ujung, yang kemudian disebut Metre des Archieves. Kemudian ditetapkan bahwa 1 Meter adalah panjang “Metre des Archieves”.

Seorang ahli bernama H Tresca mengusulkan bentuk penampang melintang meter standar (prototype) yang akan dibuat berbentuk X dengan garis skala pada bidang netral, dengan alasan:

  1. Bentuk penampang melintang X mempunyai momen inersia yang tinggi dan lebih tahan terhadap perubahan bentuk.
  2. Sedikit menggunakan bahan.
  3. Garis skala dapat dibuat pada bidang netral.

Di dalam pemakaiannya meter X ini ditumpu pada 2 titik tumpu secara simetris pada titik Bessel (22,031 cm dari garis masing-masing skala) agar besarnya lenturan dari jarak kedua garis di bidang netral paling kecil. Kemudian pada tanggal 20 Mei 1875 beberapa negara telah menandatangani kesepakatan mengenai meter ini yang dikenal dengan Konvensi Meter (Convention du Metre). Dengan ditemukannya bentuk X dari bahan Platina-Iridium , maka definisi 1 meter dirubah menjadi :
“Jarak antara 2 (dua) garis sumbu Platina-Iridium pada suhu 0oC dan tekanan atmosfir yang disimpan di gedung BIPM di Sevres dekat Paris”.

Pada tahun 1892 Albert Michelson seorang ahli dari Jerman telah berhasil mengukur panjang gelombang
cahaya menggunakan Interferometer ciptaannya yaitu Sinar Spektrum merah dari lampu Cadmium. Pada tahun 1927 pada sidang ke 7 CGPM memutuskan untuk memberlakukan definisi Standar meter yang baru yaitu : “Satu meter adalah ukuran yang panjangnya sama dengan 1.552.164,13 kali panjang gelombang spektrum merah dari sumber cahaya lampu (berisi gas inert Cadmium ) yang diukur di atmosfer.

Pada sidang ke 11 CGPM di tahun 1960, diputuskan pemberlakuan definisi standar meter yang baru yaitu: “Satu meter adalah panjang yang sama dengan 1.605.763,73 kali panjang gelombang pada ruang hampa suatu radiasi yang setara dengan perubahan tingkat 2 p10 dan 5 d5 atom Krypton 86 yang berwarna merah jingga”.

Dalam perkembangannya terakhir definisi meter dikaitkan dengan kecepatan cahaya dalam vakum yang besarnya 299.792.458 x 108 meter per sekon. Sehingga pada tahun 1983 ditetapkan definisi meter yang baru pada Sidang ke-17 CGPM : “1 meter adalah panjang jarak yang ditempuh seberkas cahaya di dalam vakum dalam waktu  1/299.792.458 sekon”.

Sebagai catatan akhir, konversi satuan panjang Sistem Imperial adalah sebagai berikut:
1 foot = 12 inches,
1 yard = 3 feet,
1 meter = 3.28 feet.

***

Referensi: multi-instrumentasi.co.id

 

Facebook Comments Box

Pos terkait