Mainan di Jalan

Traffic cone. Dok: ist.

Hampir kesenggol seorang Polwan yang ada depanku. “Duh, untung tak lambat kuinjak rem,” gerutuku.

Dia berdiri hampir di tengah jalan dan tangan kirinya mengacungkan dua jari, sementara tangan kanannya diayunkan pelan. Senyumnya manis.

Bacaan Lainnya

Biasanya setelah lampu hijau menyala, otomatis kuda besiku terarah lurus. Namun pagi itu, empat hari yang lalu, mendadak kubelokkan arah laju motorku masuk ke sebelah kiri ruas jalan, sesuai tanda yang diberikan mbak Polwan itu.

Rupanya para pemotor diarahkan ke jalur sempit arah kiri, sedangkan pengendara mobil disilakan masuk jalur tengah, lurus, tiga kali lipat lebar jalannya.

Mulai hari itu, di jalan besar depan Polres Kahyangan, tanda oranye bergaris putih tampak berderet sepanjang 300-an meter membelah jalan. Terbentang dari timur ke barat. Tanda itu mirip pion-pion yang dijajar di papan catur.

Kemarin pagi, pemandangan jalan di depan Polres terlihat berbeda. Meski tanda oranye itu masih berderet, namun blas ndak ada polisi yang menjaga termasuk mbak Polwannya. Para pemotor pun berkendara lewat jalur mobil seperti biasa, termasuk aku. Lha, wong dah ndak ada polisi kok.

Eh, pagi ini semuanya ilang…

Kupikir mau dijadikan kebiasaan kondisi itu, dibedakan jalur mobil dan motor. Lha, kok ndak terasa ada jalur keras maupun jalur lembut yang digunakan untuk “menundukkan” para pengendara.

Oh, mungkin sekadar mainan.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait