Rencek dan Lengar

Rencek, kayu bakar untuk memasak di perdesaan Gunungkidul. Foto: Woro.

Rencek adalah ranting sisa penebangan/pemotongan pohon berkayu keras. Rencek amat jarang digunakan sebagai bahan bangunan atau perabot lain berbahan kayu, maka pemanfaatannya terbatas untuk bahan bakar memasak saja.

Di masa lalu, sebelum hadirnya bahan bakar gas dan peralatan memasak elektrik, rencek berjaya dan merupakan komoditas penting. Rencek diperjualbelikan secara masif, tak hanya di perdesaan namun juga di perkotaan. Bahkan tak sedikit orang punya pekerjaan dan menggantungkan hidupnya dari rencek.

Bacaan Lainnya

Setelah era penggunaan gas elpiji, popularitas rencek sebagai bahan bakar memasak meredup, namun tak pernah benar-benar hilang. Rencek masih bertahan.

Simbah-simbah di perdesaan yang tak bisa menerima kehadiran bahan bakar gas elpiji dan peralatan memasak elektrik masih setia pada rencek. Kemudahan yang ditawarkan tak menggoyahkan para simbah itu untuk berpaling.

Ibu-ibu muda, paruh baya yang sudah beradaptasi dengan gas elpiji dan peralatan memasak elektrik juga tak sepenuhnya meninggalkan rencek. Untuk memasak yang membutuhkan api besar dan lama semisal merebus jagung atau singkong mereka memilih menggunakan rencek ataupun kayu bakar. Bisa tekor kalau nekat memakai gas, begitu alasan mereka.

Acara-acara memasak skala besar seperti hajatan nikah dan tetakan, kenduri, atau rasulan, maka rencek dan kayu bakar jelas tak bisa ditinggalkan. Maka bagi mereka yang akan melaksanakan acara-acara tersebut akan mempersiapkan rencek jauh-jauh hari.

Rencek juga akan terus digunakan oleh mereka yang fanatik terhadap selera makan dan minumnya. Tak sedikit simbah-simbah merasa kurang sreg kalau makanan dan minuman tak dibuat dengan selain berbahan bakar kayu. Rasanya seperti tak biasa di lidah mereka. Almarhum bapak saya, Pak Suwito adalah salah satu orang yang merasa kurang puas jika nasi tak ‘didang’ dengan rencek atau kayu bakar.

Satuan yang digunakan untuk rencek adalah rit. Baik truk maupun truk engkel. Adapun bila skala kecil satuannya memakai ikat atau bongkok.

Adapun lengar adalah ranting kayu pohon keras yang mengering alami baik karena penyakit ataupun usia. Ranting kering yang masih bertahan di pohon atau yang sudah jatuh sama-sama disebut lengar.

Berbeda dengan rencek yang produksinya bisa berpuluh-puluh rit truk, lengar sedkit saja jumlahnya. Hanya bongkok atau pikul.

Pencarian lengar oleh warga tak terlalu disengaja atau benar-benar disiapkan. Lengar hanya akan dibawa ke rumah sebagai sampingan. Misal seseorang ke ladang melihat ranting jatuh akan diambil, dikumpulkan dan kalau sudah banyak baru akan dibawa pulang.

Secara fungsi, lengar dan rencek itu sama; sebagai bahan bakar memasak.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait