Air Mataku Menetes Saat Melihat Anakku Pentas

Pentas seni siswa SMAN 2 Playen. Foto: Ninik.

Hari ini aku menghadiri kegiatan Pagelaran Seni Kridha Budaya Mangesthi Nyawiji SMA Negeri 2 Playen tahun 2020. Bertempat di Gedung Seba Guna Siyonoharjo, Siyono Wetan, Logandeng, Playen, Gunungkidul. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai acara tahunan yang diikuti oleh siswa kelas XI.

Kridha Budaya Mangesthi Nyawiji bersimbolkan blangkon. Maknanya, kita harus menghilangkan ke-ego-an, keangkuhan, dan sifat menang sendiri, suka bermusyawarah, bekerja keras dan selalu mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.

Bacaan Lainnya

Untuk berlatih menari dan bernyanyi, mereka harus meluangkan waktu bahkan sampai sering pulang larut malam. Ibarat kawah candradimuka, mereka digembleng baik fisik maupun psikisnya. Setiap anak harus berdisiplin diri. Serta mempersiapkan segala sesuatunya. Tak jarang diantara mereka berjualan pada saat istirahat atau waktu luang lainnya, lalu keuntungan yang diperoleh dimasukkan kedalam kas kelas. Kemandirian dan tanggung jawab mereka betul betul di tuntut di fase ini.

Dalam pagelaran ini ditampilkan beberapa cerita rakyat DIY yang dikemas dalam bentuk sendratari. Contohnya Kelas XI IPA 1 Menampilkan Babad Alas Nangka Doyong. Kelas XI IPA 2 Babad Alas Mentaok. Kelas XI IPS 1 menampilkan Semanu Dumadine, dan lain-lain.

Kita sebagai orang tua tidak meyangka, bahwa putra-putri kita ternyata mampu tampil memukau penuh pesona. Berlenggang-lenggok sesuai irama dengan wajah yang cantik dan tampan memesona. Terutama bagi kelas Khusus Olahraga. Selama ini, mereka banyak melakukan aktivitas yang membutuhkan kekuatan fisik seperi berlari, sepak bola, dan olah raga lainnya. Tiba-tiba harus menari dan menyanyi. Tentu saja ini bukan perkara yang mudah. Selain itu, mereka juga harus pandai membagi waktu, karena banyak sekali event-event yang harus diikutinya. Kadang ada yang sampai menginap dirumah temannya.

Saat melihat anakku tampil, aku mulai mengintrospeksi diri, sebagai orang tua kadang maido. “Nduk, sekolah kok nganti wayah wengi durung bali, gek ngapa ya?

Aku juga sering lupa, bila mereka membutuhkan dana yang lumayan banyak. “Saben dino kok nyuwun duwit wae to ngger, dinggo apa meneh?” Meskipun secara fisik mereka sudah besar, tetap saja masih sering merepotkan. Seperti kemarin sore, tatkala gladi bersih, tiba-tiba ia menelpon minta disiapkan ini itu untuk esok pagi.

“Nanti selain Bapak, Ibu juga berangkat ya! Sekali ini saja Buk.” Pintanya merajuk. Aku pun mengangguk lemah..

Di saat melihat anakku pentas, aku sempat meneteskan air mata. Kulihat dia menundukkan badan sambil merangkul pinggang teman depannya, sementara penari di belakangnya segera memanjat, naik di atas punggungnya.

Dalam batinku berkata, “Bagus, Nduk, jadilah anak yang rela berkorban, jangan sombong meski tubuhmu kuat, dan selalu jaga kekompakkan”. Tidak ada kesia-siaan dalam setiap usaha.

“Maaf Nduk, selama ini Ibu belum sepenuhnya memahami tentang dirimu. Semoga engkau menjadi anak yang beruntung dunia akhirat, yang selalu membanggakan orang tua.”

Terima kasih kepada SMA 2 Playen. Semoga tetap jaya selamanya. Salam budaya…

****
Ninik Suparyani, 080220

Facebook Comments Box

Pos terkait