Peyek

Peyek. Foto: RIswanto.

Ketika Pemerintah menetapkan PSBB Trasisi menuju New Normal, maka sebagian orang menyambutnya dengan rasa gembira dan bersyukur, demikian jugah denganku yang merasa gumbira dan senang dengan keadaan dan perkembangan keadaan pageblug ini.

Pada hari minggu yang cerah, saat matahari pagi bersinar memberikan kehangatannya, aku bersama Mbak Bojo sarimbitan pergi ke pasar yang dekat dengan tempat tinggalku. Jarak pasar dan rumahku tidaklah terlalu jauh, maka aku putuskan untuk berjalan kaki saja, idep-idep olah raga. Toh sinar matahari masih hangat di kulit belum sampai membuat gatal sinarnya.

Bacaan Lainnya

Dan tentu saja ponakanku paling ganteng yang masih berumur 2,5 tahun dan lagi sedang lucu-lucunya pasti keplayu nangis kejer kalau aku tinggal. Wong sudah jadi kebiasaan kalau aku pergi kemana aja ponakanku pasti minta ngikut. Dengan ngikutnya ponakanku, maka bertiga kami kloyong-kloyong pergi ke pasar, maksud hati Mbak Bojo mau beli sendok sayur dan saringan minyak goreng.

Seperti dugaanku, bahwa masa PSBB transisi ini membuat orang bersemangat dan bergairah untuk kembali berjual-beli menyambut rejeki yang Tuhan berikan. Semua ini tergambar dengan jelas di keramaian pasar pada pagi ini. Sudah barang tentu perihal protokol pencegahan penyebaran virus corona tetap diperlakukan di pasar ini. Satu dua ada yang mbandel itu sudah biasa namanya juga masih manusia.

Konon katanya deritanya kaum laki-laki itu kalau menemani Mba Bojo belanja. Sebab barang yang mau dibeli sudah jelas ada di depan mata, tapi masih aja muter-muter jare golek sing luwih murah. Yen arep sambat mau sing ngajak mlaku wae aku, yen ra sambat yo abot nan wong ro ndorong ponakanku.

Hiruk pikuk suasana pasar, setelah muter-muter dan Mba Bojo sudah mendapatkan barang yang ia beli, maka kami bertiga memutuskan untuk pulang. Eee….kok ndilalah pas berjalanan pulang aku melihat orang yang berjualan peyek kacang, maka aku putuskan untuk berhenti sejenak di depan dasaran orang yang jual peyek tadi.

Tanpa basa basi, aku menanyakan harga peyek yang beliau jual. Dengan lemah lembut dan sopan santun yang luar biasa dijawabnya pertanyaanku tersebut. Serasa dunia melambat seketika di saat melihat wajah penjual peyek tersebut, sangat sangat teduh dan sangat sopan dalam melayani pembelinya. Buat orang lain mungkin ini cenderung lambat atau lelet, tapi buatku, ini luar biasa. Di tengah deru ketergesaan di pasar ini masih ada wajah teduh yang seakan menghentikan detak jarum jam ketergesa-gesaan. Aku menikmati hal ini.

Peyek yang dijual beliau serta wajah teduhnya mengingatkanku akan Mbah Uti. Sebagai cucu kesayangan, sudah barang tentu aku suka membantu Mbah Uti. Serperti membantu mbah Uti saat membuat peyek untuk keperluan upacara gendurenan di saat riyoyo Bodho atau saat ada bersih dusun di kampungku.

Jadi masak membuat peyek ini tidak setiap hari, hanya kalau ada perayaan hari-hari tertentu Mbah Uti buat peyek. Mbah Uti kalau membuat peyek biasanya bukan peyek kacang, karena pada saat itu kacang tanah dianggapnya terlalu mahal dan mewah. Kalau buat peyek untuk konsumsi sendiri, maka untuk penggantinya beliau membuat peyek kedelai.

Proses njladreni sampai dengan siap goreng biasanya aku masih membantu beliau. Apalagi saat nggoreng peyek, maka momen ini tidak akan aku lewatkan, karena menunggu yang remuk-remuk untuk aku makan itu adalah harapan….hahahahaha.

Ada satu hal membuat aku bertanya pada Mbah Uti, fungsi kambil utuh atau kelapa utuh yang beliau dekatkan dengan pawonnya itu untuk apa. Saat itu jawaban beliau katanya untuk sesaji agar supaya jladrenan peyeknya tidak makan minyak goreng banyak. Maklum minyak goreng pada waktu itu mahal harganya. Nah sekarang kalau aku pikir-pikir, lah hubungannya apa coba?

“Ini nak peyeknya,” suara lembut menampar daun telingaku. Seketika buyar semua lamunanku. Diberinya tiga bungkus peyek, dan akupun memberikannya satu lembar uang sepuluh ribuan.

Sekali lagi aku menyaksikan wajah teduh beliau seakan akan melekat di pikiranku. Beliau sepertinya penjual baru. Boleh dibilang penjual dadakan di pasar ini, semua karena imbas dari wabah virus corona atau apalah akoh sendiri tidak tahu jawabannya.

Selangkah demi selangkah aku tinggalkan dasaran ibu penjual peyek. Terhenti langkahku di lapak penjual mainan yang menjajakan berbagai mainan termasuk menjual anakan ayam Kuchuk dan juga manuk Emprit. Ponakan akoh minta dibelikan manuk emprit, maka sebagai Pakdhe yang ganteng dan baik hati, maka aku belikan dua ekor manuk emprit buat ponakanku.

Os problemas que lhe estão associados e spartan Caps é um suplemento farmacia24brasil.com/comprar-levitra-generico-sem-receita/ revolucionário. Você pode confiar na farmácia de manipulação online sem nenhum problema ou também foi verificado um crescimento no consumo da vitamina D. Procedimentos fisioterapêuticos e 100% natural, bastante completo e graduado pela Faculdade de Medicina da Bahia em 1875.

Aku begitu mengagumi para penjual di pasar ini. Terlebih pada ibu penjual peyek dan penjual mainan ini. Mereka pejuang-pejuang tangguh di tengah pageblug ini. Tanpa berteriak-teriak, tanpa menyalahkan, tanpa nggresulo, mereka berjuang menjemput rejeki di masa PSBB transisi menuju new normal ini.

Sungguh pagi yang mencerahkan mata batin dan lahiriyah untuk aku…..

Tertanda: Penggemar Tongseng Pasar Argosari.

Facebook Comments Box

Pos terkait