Ayo Cegah Bunuh Diri Mulai dari Langkah Sederhana

Kerasnya perjuangan hidup di Gunungkidul memang butuh kelenturan atau fleksibilitas agar tidak mudah patah berpikir, bersikap, dan bertindak. Foto: Danang Prasetyo.
Semangat pantang menyerah warga Gunungkidul dapat menjadi dasar utama mencegah bunuh diri. Foto: Danang Prasetyo.

“Tidak ada seorangpun yang melakukan bunuh diri karena mereka ingin mati. Mereka melakukannya karena ingin mengakhiri kepedihan hidup ini.” Inilah kalimat yang pernah dilontarkan Tiffanie de Bartolo, seorang penulis dan produser film terkenal dari Amerika.

Di Gunungkidul, pada tahun 2018 sampai 10 September 2018 tercatat 19 peristiwa bunuh diri. Pada tanggal 7 dan 8 September terjadi peristiwa bunuh diri beruntun waktu. Di Sidoharjo Kecamatan Tepus yang menimpa warga berusia 55 tahun, dan di Desa Sumbergiri Ponjong menimpa warga dewasa muda berusia 34 tahun.

Bacaan Lainnya

Setiap tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri sedunia (world suicide prevention day). Pencegahan bunuh diri masih merupakan masalah universal yang memerlukan kolaborasi dari kita semua.

Setiap fenomena bunuh diri selalu meninggalkan perenungan bagi kita semua. Perasaan kaget, sedih, kecewa, marah, takut, cemas, memunculkan pertanyaan mengapa hal itu bisa terjadi. Dan lebih utama adalah memunculkan semangat untuk melakukan pencegahan agar hal itu tidak kembali terjadi.

Dampak yang disebabkan oleh peristiwa bunuh diri juga bukanlah hal yang ringan. Kehilangan orang yang dikasihi/dikagumi, perasaan traumatik akibat peristiwa tersebut bagi keluarga dan mereka yang menyaksikan kejadian bunuh diri itu sangat berat. Berdasarkan riset yang dilakukan, setiap 1 kasus bunuh diri terdapat 135 orang yang terkena dampaknya.

Menurut World Health Organization (WHO), lembaga kesehatan dunia, angka kejadian bunuh diri setiap tahun ada 800.000 orang. Jadi dalam 40 detik ada 1 orang yang melakukan bunuh diri. Angka terbanyak kejadian bunuh diri berada pada rentang usia 15-29 tahun. Sebanyak 1,4% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh bunuh diri.

Kenali Tanda dan Gejala

Seorang yang melakukan bunuh diri atau pun masih mencoba bunuh diri sebenarnya tidak sungguh-sungguh ingin mengakhiri hidupnya. Mereka sebenarnya ingin penderitaan atau konflik yang dialaminya cepat berakhir. Hanya sayangnya, bunuh diri yang menjadi pilihan karena seolah tidak ada bantuan lain yang bisa diharapkan.

Ada beberapa tanda dan gejala bunuh diri yang perlu diketahui agar bisa melakukan pencegahan, antara lain:

  • Berbicara tentang keinginan untuk mati atau ingin bunuh diri
  • Berbicara tentang perasaan kosong, hampa dan tidak punya alasan untuk hidup
  • Membuat rencana untuk bunuh diri seperti melihat website mengenai cara bunuh diri, membeli senjata/alat untuk melakukannya, membeli obat-obatan dalam jumlah banyak
  • Berbicara tentang perasaan bersalah dan malu yang sangat berat
  • Berbicara tentang perasaan terjebak, tidak memiliki jalan keluar
  • Merasa ‘sakit’ yang berkepanjangan dan tidak ada perbaikan, fisik/psikis
  • Merasa menjadi beban yang berat bagi orang lain
  • Menggunakan minuman keras atau Narkoba dan semakin sering
  • Berperilaku cemas dan agitasi
  • Menarik diri dari keluarga dan teman teman
  • Perubahan pada pola tidur dan pola makan
  • Menunjukkan perilaku marah atau keinginan balas dendam
  • Melakukan perilaku berisiko seperti menyupir mobil kencang dan ugal ugalan
  • Berbicara dan berpikir tentang kematian semakin sering
  • Perubahan mood yang ekstrim, dari sangat sedih menjadi sangat tenang dan sangat gembira
  • Melepaskan posisi yang penting dalam pekerjaan, berhenti kuliah/ bekerja
  • Mengucapkan selamat tinggal pada teman teman dan keluarga
  • Membuat surat wasiat
  • Menuliskan di media sosial mengenai bunuh diri dan kematian.

Faktor Risiko

Tidak ada diskriminasi pada fenomena bunuh diri, artinya setiap orang memiliki risiko untuk melakukan bunuh diri, tanpa memandang jenis kelamin, suku budaya, latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Perilaku bunuh diri disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks, dan tidak ada penyebab tunggal. Ada beberapa faktor risiko yang membuat perilaku bunuh diri lebih mudah terjadi, yaitu :

  • Depresi, dan gangguan jiwa lain (skizofrenia, bipolar, ketergantungan zat)
  • Kondisi penyakit tertentu
  • Nyeri kronis
  • Riwayat perilaku bunuh diri sebelumnya
  • Riwayat anggota keluarga dengan bunuh diri, gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat
  • Kekerasan dalam keluarga termasuk verbal, fisik dan seksual
  • Memiliki senjata yang berbahaya di rumah
  • Baru keluar dari tahanan/lembaga pemasyarakatan
  • Terekspos/terpapar dengan perilaku bunuh diri yang dilakukan oleh orang lain seperti anggota keluarga, teman, bintang film/selebriti yang diidolakan.

Banyak orang yang mengalami faktor risiko tersebut tetapi tidak melakukan bunuh diri, perlu diperhatikan bahwa perilaku bunuh diri adalah tanda adanya suatu stres yang berat yang dialami oleh orang tersebut. Setiap pikiran dan perilaku bunuh diri harus dianggap sebagai suatu hal yang serius dan segera mendapatkan pertolongan.

Setiap dari kita, siapapun kita, apapun profesi dan jabatan kita punya peranan penting untuk memberikan suatu PERUBAHAN. “Bunuh diri tidak mengakhiri kesempatan hidup menjadi lebih buruk, TAPI bunuh diri menyudahi kemungkinan hidup untuk lebih baik.”

Kita semua sesungguhnya bisa menolong apabila menemukan seseorang dengan tanda-tanda dan gejala seperti disebutkan di atas. Caranya bagaimana? Cara yang paling sederhana adalah menemani, dan mendengarkan keluh-kesahnya dengan sepenuh hati. Membiarkannya mencurahkan isi hati dan permasalahannya sehingga tekanan jiwanya menjadi menurun. Tidak mencela atau memberikan ceramah-ceramah moral justru memampukan seseorang yang dilanda keputusasaan dapat melihat masih ada peluang untuk berusaha lebih baik lagi.

Kemudian, mengajak dan menyambungkan seseorang yang dilanda keputusasaan tersebut untuk bertemu atau mendapatkan pendampingan dari sanak saudara atau tetangga atau pemuka masyarakat/agama yang dia yakini bersedia untuk menerima keluh kesahnya. Apabila diperlukan, juga dapat menyambungkan dengan profesional kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Mari bersama mencegah bunuh diri dari hal sederhana yang bisa kita lakukan, yaitu MURAH HATI untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh orang yang mengalami deraan masalah dan keputusasaan, MENDAMPINGI dan MENYAMBUNGKANnya dengan sanak-saudara, tetangga atau pemuka masyarakat/agama yang dipercaya, serta bila diperlukan menyambungkannya ke profesional kesehatan terdekat.

***

Referensi: Mari Bersama Mencegah Bunuh Diri, dr Lahargo Kembaren, SpKJ. Kepala Unit Rehabilitasi Psikososial RS Marzuki Mahdi, Bogor.

Facebook Comments Box

Pos terkait