Mau ke Mana
Lho bagaimana ini
Sesudah tidur ingin kembali tidur
Sesudah bangun ingin berdiri
Sesudah berdiri ingin bergerak ke mana saja mengikuti deras alir darah
Kapan bersua kembali
Sapaan mesra dan senyum penuh menggiurkan
Dengan bungkusan lembar kain dan cat warna menyilaukan
Eeee muncul lagi wajah yang sama dengan baju yang berbeda
Bergambar kemesraan abadi
Bertuliskan wacana jangka panjang
Mencorong kilau emas
Bukankah sejenak kita singgah dan berpijak di bumi
Menapaki samudera ‘mampir ngombe’ yang tertulis di dalam sukma
Sejenak bukanlah patung yang bertengger di kerumunan
Lantas dimarahi habis-habisan
Ditunggui agar sang patung menangis
Mimpi adalah mimpi
Sebab kenyataan masih tersimpan rapi di dalam kotak penuh misteri
Rahasia Tuhan
2020
Bisik-bisik Wasiat
Wahai anakku yang manis
dengarlah bisik lembut dari suara-suara sunyi yang terangkum pada rindu gemah-ripah masa depanmu kelak
Tanah subur bukan tembang-tembang penghantar lelapmu
Lambai pepohonan bukan dongeng-dongeng masa silam
Bukit-bukit berbaris bukan coretan kanfas pada selembar kertas buku gambarmu
Tetapi bangunlah wahai anakku yang manis
Karena bening embun pagi tidaklah bertengger pada kokohnya bangunan-bangunan megah batas pandangan jernih kedua matamu
Wahai anakku yang manis
Begitu beratnya memikul rasa kangen yang bertubi-tubi
Masa silam yang tertimbun rapi
bertumpukan beribu-ribu kertas-kertas putih suci dengan goresan tinta hitam bermakna
Wahai anakku yang manis
Kau bukan sekedar titipan
Kau adalah penyangga masa depan
Kau menyangga berjuta-juta warna
Tidak cukup hanya satu warna kau unggulkan demi tegaknya otot kakimu berpijak
Wahai anakku yang manis
Kini aku memahami anak
Besok kau memahami anak
Dan aku ingin memandang cucuku tersenyum ataukah cemberut
2020
Coblosan
Siapa mencoblos
Siapa dicoblos
Menang tetaplah menang
Kalah tetaplah kalah
Yang menang memimpin yang kalah
Yang kalah ikut yang menang
Damai aman tenteram
Impian bagi yang kalah
Impian bagi yang menang
Berbeda itu biasa
Membangun harus bersama
2020
————————————-
Penulis: Mashudi. Lahir di Gunungkidul 1982 saat ini penulis tinggal di Playen Wonosari Gunungkidul Yogyakarta. Puisi-puisinya pernah dimuat di Media Online Apajake, Puisipedia, dan Majalah Pendidikan Nasima Merah Putih Semarang.