Dampak Buruk Memendam Dendam dan Amarah

Raut muka marah. Gambar: Huffington Post UK
Raut muka marah. Gambar: Huffington Post UK

Manusia sesungguhnya adalah makhluk yang selalu berjuang untuk mempertahankan diri. Alam bawah sadarnya senantiasa semacam “bergerak refleks” ketika ada stimulus yang mengancam dirinya. Ayo jujur kita akui, saat seseorang berbuat salah kepada kita, maka kita ingin dunia tahu. Kita ingin pihak yang bertanggung jawab harus membayar kesalahan mereka.

Seringkali, orang juga tidak dapat menerima ketika hati mereka disakiti karena kesalahan orang lain. Hal tersebut lantas membuat orang lebih memilih untuk menyimpan dendam dan amarah.

Bacaan Lainnya

Padahal, ini bukan lah sebuah kebiasaan yang baik. Dendam dan amarah bahkan telah terbukti mampu mempengaruhi kesehatan seseorang.

Tidak percaya? Berikut ini adalah beberapa dampak jika kita menyimpan dendam dan amarah seperti yang diambil dari artikel Huffington Post.

Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Menyimpan dendam berarti menyimpan rasa amarah dalam waktu yang lama. Ini lama kelamaan bisa berdampak pada kesehatan fisik kita. Menurut studi yang dipublikasikan oleh American Heart Association, tingkat amarah yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung terutama pada kelompok usia lanjut.

Mempengaruhi Proses Tumbuh-Kembang Psikis Anak

Bukan rahasia lagi bahwa anak-anak meniru perilaku orang tua, terutama jika berhubungan dengan perilaku kasar dan amarah. Menurut studi yang dipublikasikan dalam jurnal Cognitive Development, balita bahkan tak hanya dapat merasakan amarah, namun juga menyesuaikan perilaku diri terhadap amarah yang ia lihat pada orang tuanya.

Implikasi Kesehatan Fisik

Bahkan, amarah sekecil apa pun mampu berdampak pada implikasi kesehatan kita. Oleh karena itu, menyimpan dendam sebenarnya dapat mengancam nyawa kita sendiri. Sebuah studi yang dilakukan di Harvard School of Public Health menemukan, bahwa seseorang lima kali berisiko mengalami serangan jantung dan tiga kali berisiko terserang stroke dalam jangka waktu dua jam setelah amarahnya memuncak.

Membahayakan Kesehatan Mental

Situasi yang membangkitkan amarah mampu mempengaruhi kesehatan mental kita. Amarah juga memiliki cara tersendiri menciptakan rasa lelah dan tekanan batin. Menurut psikolog, Laura L Hayes, PhD, menyimpan emosi ini dapat memanifestasikan sesuatu yang berbahaya.

“Amarah mempersiapkan diri kita untuk bertahan dan melawan. Amarah memang pernah membantu leluhur kita untuk bertahan hidup, namun di dunia teknologi yang kompleks, amarah lebih sering menguras tenaga dan pikiran dibandingkan membantu seseorang,” ujarnya.

Ia juga mengatakan bahwa semakin tinggi amarah yang dirasakan, maka semakin sulit seseorang untuk berpikir jernih, sehingga semakin berat untuk bernegosiasi atau melihat perspektif lain.

Amarah Dihubungkan dengan Diabetes Tipe 2

Menurut sebuah data yang diterbitkan oleh National Institutes of Health, amarah mampu menyebabkan seseorang terserang diabetes akibat perilaku kesehatan yang berisiko. Walaupun saat ini belum ada hubungan langsung antara temperamen dan risiko terkena diabetes seseorang, namun terdapat studi yang saat ini tengah menelitinya.

Dalam studi itu, orang dengan tingkat amarah tertinggi memiliki 34 persen risiko mengalami diabetes yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang temperamennya rendah. Peneliti juga menemukan fakta bahwa mereka yang terbiasa menyimpan dendam dan amarah cenderung memiliki perilaku tidak sehat seperti merokok dan mengonsumsi kalori berlebih, yang mana merupakan dua faktor utama pencetus penyakit diabetes tipe 2.

Amarah Menyebabkan Stres

Hidup di kota besar dengan sedemikian beragam problematika dan segudang aktivitas sudah menciptakan risiko stres seseorang. Jika kita gemar mendendam dan menyimpan amarah, risiko stres kita akan semakin tinggi. Selain itu, detak jantung semakin meningkat. Para peneliti mengatakan bahwa jawaban yang tepat bagi masalah ini ialah memaafkan karena mampu menurunkan respons stres psikologis.

***

Sumber: Huffington Post

Facebook Comments Box

Pos terkait