Gebingan: Panganan Brekat Memperingati Orang yang Sudah Meninggal

Gebingan: panganan brekat yang dibuat saat genduren memperingati orang yang meninggal. Foto: Sujoko.

Tradisi Jawa yang masih berakulturasi dengan tradisi Islam di Jawa adalah upacara adat atas kematian seseorang. Slametan atas meninggalnya seseorang dari 3 hari disebut Nelung Dina, 7 hari disebut Mitung Dino, 40 hari disebut Matang Puluh, 1 tahun yang disebut Mendak Pisan, 2 Tahun yang disebut Mendak Pindho dan 1000 hari yang disebut Nyewu masih banyak bisa ditemui ditengah masyarakat Gunungkidul.

Bagi masyarakat yang masih merasakan tradisi slametan untuk orang yang meninggal tentu tidak asing dengan Tradisi Kenduri. Dan sego berkat yang dibagikan si empunya hajat tentu menjadi salah satu yang menarik untuk dipahami maksud dan tujuannya. Terkhusus untuk masyarakat dimasa kini yang sebagian besar sudah tidak memperdulikan lagi segala bentuk makna dari setiap tradisi masyarakat Jawa pada umumnya.

Bacaan Lainnya

Isi berkat kenduri pada upacara slametan atas kematian seseorang adalah:

nasi putih golong, bakmi goreng, daging ayam goreng, tempe bacem, sate kambing campur, tongseng kikil kambing, tongseng daging kambing, telur godog, sayur kluwih, sayur lombok, kentang goreng, tumis buncis, ketan oran, apem, kolak, gula, teh, krupuk, jajan pasar, nasi uduk dan gebingan.

Dari sekian banyak isi sebuah berkat kenduri pada tradisi slametan atas kematian seseorang ada yang memiliki sifat harus ada dan ada yang bersifat sesuai kemampuan. Salah satu yang harus ada dalam sebuah berkat kenduri pada tradisi slametan atas kematian seseorang adalah Gebing atau Gebingan. Walau bersifat harus, tetapi tradisi orang Jawa selalu menganut prinsip “desa mawa cara”. Artinya bisa jadi di desa lain memiliki tata cara berbeda. Atau dalam peribahasa Indonesia dikenal dengan “Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya” yang kurang lebih berarti bahwa setiap tempat memiliki tradisi, adat, cara, isi yang berbeda.

Dan apa yang saya tulis disini adalah sesuai dengan apa yang saya alami di daerah saya, atau tempat saya.

Tapi makna dan filosofi yang terkandung pada setiap makanan yang mengisi besek atau wadah dari berkat kenduri pada tradisi slametan atas kematian seseorang masing-masing memiliki makna dan filosofi yang tidak jauh berbeda. Tentunya masing-masing makanan yang mengisi besek atau wadah kenduri atas kematian seseorang memiliki makna dan filosofi yang tumbuh dan dipahami oleh masyarakat Jawa pada umumnya.

Banyak sekali masyarakat masa kini yang tidak lagi memperdulikan semua ini. Maka ketika mendapati berkat kenduri tidak penting istu isinya apa dan bagaimana, tetapi apa ujub dari berkat kenduri yang diterima. Padahal setiap berkat kenduri memiliki isi yang berbeda sesuai dengan ujub atau harapan dari dilaksanakannya sebuah upacara tradisi.

Sebut saja Gebing atau Gebingan, makanan ini hanya ada pada berkat kenduri slametan orang meninggal. Karena Gebing atau Gebingan mengandung makna dan filosofi atas berpulangnya seseorang kepada Hyang Maha Kuasa.

Gebing atau Gebingan sendiri adalah makanan yang terdiri dari:

Gereh atau ikan asin goreng, peyek kedelai hitam, kedelai goreng, tempe goreng, dan kelapa tua goreng. Semua dijadikan satu dalam wadah yang disebut sudi. Namun sekarang sering kita temui sudi telah tergantikan oleh kantong plastik. Dari sajian yag disebut Gebing atau Gebingan itu masing-masing makanan memiliki arti sendiri-sendiri.

Gereh atau ikan asin goreng melambangkan tubuh manusia yang lapuk dan mudah rusak. Peyek kedelai hitam melambangakan setiap manusia selalu memiliki noda hitam yang berarti kesalahan atau dosa. Kedelai goreng memiliki arti bahwa setiap orang memiliki sisi atau sifat kekerasannya, tempe goreng melambangkan daging manusia dan kelapa tua yang diiris kecil dan digoreng bermaknakan gigi manusia. Kelapa iris goreng yang menyerupai gigi ini menandakan keras dan yang akan tetap tersisa. Sedangkan sudi dari daun pohon pisang memiliki arti bahwa wadah atau tubuh manusia adalah bagian dari alam dan akan kembali kepada alam.

Inilah makna dan arti yang terkandung dalam Gebing atau Gebingan yang menjadi salah satu syarat yang harus ada pada Berkat Kenduri Slametan Orang yang meninggal.

Sekali lagi “Desa mawa cara” artinya bisa saja gebing atau gebingan didaerah anda berbeda.

Salam Budaya!

***

Facebook Comments Box

Pos terkait