Jadah wuran adalah makanan berbahan ketan dan parutan kelapa, sebagian ada yang menambahkan taburan kacang.
Musim tanam telah tiba, hujan tiga hari mengguyur bumi lumayan deras. Seorang petani mengukurnya dengan cara mencangkul. Jika sudah satu kali cangkulan dalamnya kira 20 – 30 cm, biasanya petani mulai nyebar. Nyebar itu metode menanam padi dengan cara gabah ditaburkan, kemudian dibajak atau diratakan pakai cangkul.
Kesibukan para petani sudah terlihat dari sore hari. Mulai giat menyiapkan alat-alat pertanian, bibit padi (gabah), bibit jagung untuk ditanam esok harinya. Ibu-ibu tak kalah sibuknya, ia mulai menyiapkan bahan-bahan makanan untuk dipakai sarapan di ladang. Makanan desa yang populer selain nasi saat musim tanam adalah jadah wuran.
Biasanya ibu-ibu mulai bangun jam 03.00 pagi, dan mulai sibuk di dapur untuk memasak buat bekal ke ladang. Bapak-bapak berangkat duluan ke ladang untuk mulai menanam, baru ibu ibunya menyusul setelah semua makanan untuk sarapan dan makan siang siap, termasuk minuman teh yang sudah di sedu dalam ceret.
Waktu terus berlalu. Tata cara ini hanya kita temukan pada petani bentil. Kalau yang lain mungkin sudah dengan cara membeli untuk sarapannya, jadi tidak masak sendiri.
Waktu tanam yang bersamaan, menyebabkan di ladang sangat ramai dan bercanda-ria sambil bersautan. Tibalah waktunya wolon, kira-kira jam 08.00-an, yaitu saat istirahat pertama menikmati sarapan dan wedangan. Biasa juga kumpul saling tukar menukar bekal.
Heeeeemmmm ….. Seger pokoknya. Hidup guyub rukun.
Apa di tempatmu juga masih ada?