Kenali Mitigasi Bencana Tanah Longsor

Peta daerah rawan longsor di Kabupaten Gunungkidul. Dok: BPBD Kab Gunungkidul.

Saat memasuki musim hujan tahun 2022 ini, wilayah Kabupaten Gunungkidul sering diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga lebat. Meningkatnya intensitas hujan berdampak pada risiko terjadinya tanah longsor pun meningkat. Lantas, apakah kita sudah mengetahui dan mengenal apa itu tanah longsor? Bagaimana kita harus menyikapinya? Berikut tulisan singkat mengenal mitigasi bencana tanah longsor yang diambil dari artikel BPBD Provinsi DIY.

APA ITU TANAH LONGSOR?

Bacaan Lainnya

Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

PENYEBAB TANAH LONGSOR

Ada beberapa penyebab terjadinya bencana tanah longsor, salah satunya diakibatkan oleh hujan. Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.

Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan, karena akar tumbuhan juga akan berfungsi mengikat tanah.

CIRI-CIRI DAERAH RAWAN LONGSOR

Ciri-ciri daerah rawan longsor dapat dikenali dari kondisinya sebagai berikut:

  1. Daerah bukit, lereng dan pegunungan dengan kelerengan lebih dari 20 derajat.
  2. Kondisi lapisan tanah tebal diatas lereng.
  3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang buruk.
  4. Lereng terbuka atau gundul akibat penebangan pohon secara brutal.
  5. Adanya retakan pada bagian atas tebing.
  6. Terdapat mata air atau rembesan air pada tebing yang disertai dengan longsoran kecil.
  7. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau sarana lainnya.

JENIS KELONGSORAN TANAH

Tanah longsor sendiri dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan.

1. Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi

Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejum-lah besar batuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga meng-gantung terutama di daerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

5. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah miring ke bawah.

6. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

BAGAIMANA MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR?

Lalu bagaimana pencegahan untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor? Berikut ini beberapa cara untuk mengurangi bencana tanah longsor:

1. Hindari Membuat Sawah di Atas Lereng

Membangun sawah atau kolam di atas lereng hanya akan semakin meningkatkan potensi terjadinya tanah longsor. Hal tersebut karena permukaan lereng akan penuh dengan air, sehingga tanah rentan untuk bergerser dan menyebabkan terjadinya bencana tanah longsor.

2. Tidak Membangun Rumah di Bawah Tebing

Tidak di anjurkan untuk mendirikan bangunan di bawah tebing, hal tersebut karena mendirikan bangunan di bawah tebing memiliki ancaman besar terkena bencana tanah longsor. Jika tinggi tebing 100 meter maka usahakan lokasi rumah atau bangunan berjarak minimal 250 meter dari kaki lereng. Sehingga apabila terjadi tanah longsor tidak akan mencapai bangunan tersebut.

3. Hindari Menebang Pohon di Sekitar Lereng

Pohon yang berada di sekitar lereng menjadi pencegah terjadinya tanah longsor karena akar-akar dari pohon-pohon tersebut menyebar dan saling bersinggungan sehingga bisa membantu tanah tidak mudah longsor karena akan menjadi penahan tanah. Tentu kita perlu menghindari menebang pohon di sekitar lereng.

4. Jangan Mendirikan Bangunan di Sekitar Sungai

Semakin tinggi jarak antara bibir tebing terhadap sungai maka akan semakin besar peluang terjadinya longsor.  Terjadinya erosi tanah tidak langsung namun tanah yang terus tergerus oleh erosi tanah akan menyebabkan semakin habisnya tanah ada di sekitar sungai.

5. Membuat Terasering

Jika suatu lahan miring terpaksa digunakan untuk membuat sawah atau ladang maka sebaiknya buatlah sistem bertingkat sehingga akan memperlambat run off (aliran permukaan) ketika hujan.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait