Mari Bersama Menaklukkan Keinginan Bunuh Diri

Edukasi kesehatan jiwa oleh IMAJI dan PKH di Dusun Pulebener Desa Giring Paliyan, Maret 2019. Edukasi kesehatan jiwa merupakan salah satu langkah primer upaya besar pencegahan bunuh diri. Foto: Basuki.

Ia kemudian menyebutkan satu nama temannya lagi, yang dianggap paling berjasa menyelamatkan nyawanya. Orang itu ialah Kjel Olsson. Begitu tahu Endri berniat bunuh diri, dia menghubungi Marvin yang tinggal tak jauh dari apartemen.

Kjel pula yang melapor ke polisi soal percobaan bunuh diri itu. Endri masih ingat reaksi Kjel setelah mendengar permintaan maaf dan kata-kata terakhir darinya melalui fitur percakapan Facebook.

Bacaan Lainnya

“Dia bereaksi seperti ada sesuatu yang terjadi dengan saya sehingga dia menelepon polisi, (reaksi) yang mungkin tidak akan terjadi kalau saya waktu itu chatting-an dengan orang Indonesia,” kenang Endri.

Malam itu seharusnya menjadi pesta perayaan kelulusannya bersama kawan-kawan. Namun Endri justru mendapat perawatan di bagian gawat darurat psikiatri. Setelah berhasil mengelabui polisi bahwa ia tidak sedang melakukan percobaan bunuh diri, Endri langsung menelepon ambulans untuk membawanya ke rumah sakit.

“Di hari wisuda saya masih bisa tersenyum dan bercanda. Enggak akan ada orang yang bisa melihat bahwa saat itu saya sedang merencanakan untuk bunuh diri,” kenang Endri.

Pria 35 tahun itu depresi karena masalah personal dan keluarga. Puncaknya, saat sang ibu kerap keluar masuk rumah sakit karena serangan jantung. Endri tak berhenti menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab sakit sang ibunda.

Menjalani Terapi Jiwa Bukan Aib juga Tidak akan Kehilangan Kehormatan

Menjalani terapi jiwa atau terapi psikiatri dan psikologi bukanlah aib atau tabu. Ini memang belum begitu memasyarakat. Sebagian besar masyarakat Indonesia, tentu saja termasuk di wilayah Gunungkidul dan DIY belum bisa menerima berobat ke dokter jiwa dan berkonsultasi ke psikolog sebagai hal lumrah dalam kehidupan.

Masih banyak yang berkeyakinan, mendatangi dokter jiwa atau mendatangi rumah sakit jiwa itu menakutkan, seperti melihat neraka. Kadang masih ada yang memandang bakal mempermalukan diri. “Bakal kelangan derajat, pakurmatan, semat, lan pangkat”, ungkapan Jawanya. Ini sesungguhnya sesuatu yang salah kaprah, tidak sejalan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan tentu saja sangat menghambat upaya penanggulangan bunuh diri dan kesehatan jiwa.

Facebook Comments Box

Pos terkait