Semua Golongan

Donor darah. Foto: Iwan.

Seingat saya, Bu Mujinem, guru seni lukis waktu SMP, ia yang mengenalkan saya pada tindakan yang berbau darah. Maksudnya begini, beliau yang, entah disengaja atau enggak, memahatkan dalam benak muridnya betapa penting menolong sesama titah dengan darah.

Ceritanya begini. Tiga puluhan tahun silam, Pelajaran Menggambar menjadi salah satu yang diajarkan di kelas, saya lupa, dua atau tiga SMP. Nah, ia memberikan tugas untuk menggambar iklan, contohnya iklan sabun, pasta gigi, bahkan rokok.

Bacaan Lainnya

Selain itu, beliau juga memberi contoh secara lisan bahwa iklan donor darah juga bisa digambar, “Gambar saja ada satu tetes darah lalu diberi tulisan ‘Setetes darah sejiwa manusia’ gitu juga bisa.” Ia berkata sambil memasang muka gembira seperti pembawaannya yang riang.

Menggambar memang pelajaran yang kusukai. Setelah pulang, buku gambar persegi panjang putih segera kunodai eh kuwarnai. Pada saat penilaian, kudiberi Bu Mujinem angka delapan. Tentu saja aku senang, bangga, dan tulisan “Setetes Darah Sejiwa Manusia” juga terbawa terus sampai tu.. eh, dewasa.

***

Pagi ini, kuingat Bu Mujinem. Sengaja kulangkahkan kaki ke PMI negeri Kahyangan. Lima bulan sudah tak bersedekah dengan tetesan darah. Setelah dicek HB 15,6 dan tensi 70-120, kumasuki ruang dan berbaring pelan. Mbak perawat mengeksekusi dengan cekatan dan berkaus tangan.

“Golongan darahnya apa Pak?”

“O Mbak, golongan darah A susah ya, mbak?”

“Sama kok, Pak. Tergantung permintaan, ini persediaan pas kurang karena permintaan O banyak.”

“Oh, begitu… semua golongan dibutuhkan selama ada permintaan.”

Entah, aku berterima kasih pada PMI, Bu Mujinem, atau pada Sang Pencipta yang telah memberi cairan merah segar dalam raga.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait