Aja Nyelehke Bokong!

Kursi babon angrem. Foto: Iwan.

Pokokke Aja Nyelehke Bokong!” Kata Pak Sojo, seniorku, pada suatu hari. Ia pekerja keras. Laki-laki yang sudah banyak makan asam garam ini setiap hari selalu bangun jam 4 pagi, mandi, lalu meluncur ke pasar dan membuka warungnya. Ia sukses dengan usahanya itu.

Beliau mengatakan hal itu ketika menceritakan pentingnya bekerja keras. Kalimat itu kurang lebih berarti “jangan meletakkan pantat.” Kurasa kalimat itu jika dibahasa-positifkan kira-kira menjadi: “berkaryalah terus”, sedangkan bahasa negatifnya kurang lebih: ”jangan beristirahat barang sejenak!”

Bacaan Lainnya

Ia sedang menyemangati para calon pewirausaha yang merintis usaha. Saya membayangkan, jika kata-kata ini disampaikan sambil menyingsingkan lengan baju dan tangan mengepal mungkin akan lebih dramatis.

Yang dilakukan Pak Sojo sangat transformatif. Soalnya sisi lain, konon, orang Jawa dilabeli kurang punya semangat bekerja. Hidupnya santai dan daya juangnya lebih rendah dibanding dengan ‘tetangga’. Lha, terlalu lekatkah label “alon-alon waton kelakon“?

Sebenarnya orang Jawa punya slogan yang menunjuk jiwa pantang menyerah, misalnya “rawe-rawe rantas, malang-malang putung.” Lihat saja pak Sojo. Beliau telah membuktikannya.

Memang, bagi sebagian orang, dalam hidupnya mungkin ada anggapan bahwa bekerja fisik tampaknya lebih menarik. Terus bekerja tanpa henti lalu menjadi slogan bergengsi. Nah, ini sepertinya kebablasan.

Sebagai gambaran saja, aku pernah dimaki teman ketika aku sedang suka ngendon di rumah. Ia ngomel, “aja micek wae!

Ini mau menunjukkan, bahwa bekerja bernilai tinggi sedangkan tidur lebih rendah. Apalagi kalau malas dan cenderung mengambil waktu banyak untuk tidur. Padahal, aku punya kebiasaan tidur siang. Kalau ndak “sak-leran” atau tidur sedikitnya 30 menit, kepala pun jadi pening.

Bagiku, bekerja dan tidur itu butuh keseimbangan. Tidur adalah cara mengasihi diri. Tidur adalah bagian dari istirahat, sebagaimana Sang Pencipta juga punya hari istimewa-Nya.

Jadi, “aja nyelehke bokong” saya setuju 100%, Tapi bukankah setiap organ dan orang butuh hari perhentian? Setelah otak diperas-peras, otot ditarik-kencangkan, tulang dibanting-banting, dan keringat didesak-desak, bukankah mereka butuh rest area juga?

Eh, hari ini Minggu kan? Eh, hari ini sudah mulai hari tenang Pilkada kan?

Eh, iya, meski pak Sojo menasehati untuk “aja nyelehke bokong“, ia selalu meluangkan waktu. Ia juga nyelehke bokong, menghadap Sang Guru, lho.

Ayo padha nyelehna bokong!

Facebook Comments Box

Pos terkait