Ayo Jaga Air Tanah Kita

Model konseptual sistem imbuhan dan lepasan air tanah Karst Wonosari Baron, Gunungkidul. Sumber: Taat Setiawan dkk, PATGL, Badan Geologi KESDM, 2018.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Gunungkidul sepintas terlihat kering gersang pada saat musim kemarau. Namun dibalik kondisi kering gersang pada musim kemarau tersebut, sebenarnya wilayah Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi air tanah yang melimpah. Karena sumber air tanah berada di bawah tanah yang cukup dalam, maka upaya pemanfaatan air bawah tanah dalam skala besar tentu saja memerlukan upaya ekstra besar. Ada sebuah riset dari Pusat Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi KESDM. Artikel yang berjudul Sistem Imbuhan Air Tanah Daerah Karst Wonosari – Baron, Kabupaten Gunungkidul ini menggambarkan betapa besar potensi sumber daya air tanah tersebut.

Pertama, perlu dipahami bahwa kondisi dan sifat fisik wilayah Gunungkidul memang berbeda dengan wilayah “ngare” (Bantul, Sleman, Yogya Kota, Kulonprogo, Klaten, Sukoharjo, Surakarta, dll). Geologist kawakan, Van Bemmelen (1949) menyebutkan, secara fisiografis daerah Kabupaten Gunungkidul dan sekitarnya termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur. Jadi, kita gak perlu malu kalo dikatakan sebagai “wong gunung” oleh sedulur2 kita dari “ngare”, karena secara fisiografis wilayah kita (dan tentunya berimbas pada karakter sosio-kultural masyarakat nya) lebih serupa dengan wilayah pegunungan selatan ke arah timur (Wonogiri, Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, dst).

Bacaan Lainnya

Kedua, zone pegunungan Gunungkidul oleh Bemmelen dirinci lagi menjadi tiga subzona, yaitu: rangkaian punggungan Batur Agung – Panggung – dan Plopoh di utara, Plato (plateau) atau dataran Wonosari di bagian tengah, dan Perbukitan Karst Gunungsewu di bagian selatan. (Silakan cermati foto 1,2, dan 3). Kusumayudha (2005) menyebutkan, bahwa subzona Daratan Wonosari dan Perbukitan Karst Gunungsewu ini alasnya dibentuk oleh batuan dasar vulkanik yang terdiri dari 3 formasi batuan, yaitu: Formasi Kebo-Butak, Formasi Semilir, dan Formasi Nglanggeran. Istilah formasi itu sederhananya adalah batuan yang memiliki karakter dan asal pembentukan yang sama. Kemudian, ini yang penting, Batuan dasar vulkanik dan juga batuan napal memiliki sifat kedap air, sehingga dapat bertindak sebagai batuan alas yang kedap air dalam sistem hidrogeologi daerah Gunungsewu.

Fisiografis wilayah Gunungkidul menurut Van Bemmelen, 1949. Sumber: Taat Setiawan dkk, PATGL, 2018.
Facebook Comments Box

Pos terkait