Bakmi Jawa Bu Prapti Tepus Bertahan Hadapi Pandemi

bakmi jawa
Bersama Bu Prapti penjual kuliner Bakmi Jawa. (dok. Riska Saputri)

TEPUS, (SeputarGK.id),– Pandemi Covid-19 memberikan banyak dampak negatif utamanya pada bidang perekonomian. Banyak dunia usha dengan beragam kapasitas baik besar maupun kecil mengalami penurunan omset.

Puncaknya saat penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Wirausahawan semakin sulit mengembalikan omset seperti pada sebelum pandemi. Sebagaimana yang dialami Bu Prapti penjual Bakmi Jawa di Kapanewon Tepus. Omset yang sebelumnya menyentuh Rp500 ribu menurun drastis sejak PPKM diterapkan.

Bacaan Lainnya

Lapak Bakmi Jawa Bu Prapti berada di lokasi strategis. Berada di pinggir jalan di pusat keramaian di Kalurahan Purwodadi, Tepus. Usia yang lama, sejak tahun 1990 menjadikan olahan kuliner ini telah memiliki banyak pelanggan setia. Dengan begitu, ketika dibuka mulai pukul 15:00-24:00 WIB Bakmi Jawa Bu Prapti selalu ramai pengunjung.

Bakmi Jawa diolah dengan menggunakan bumbu khas Jawa. Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Bakmi Jawa ini menggunakan bakmi ‘mie telur’, ditambah mie basah. Bahna lain berupa telur, daging ayam, serta bumbu seperti daun bawang, kol, kecap asin, kecap manis, bumbu kaldu, bawang putih, bawag merah, kemiri, garam, minyak, serta daun seledri.

Ada dua menu yang disajikan, Bakmi Jawa berkuah dan bakmi goreng. Kuah Bakmi Jawa sangat kental berwarna kekuningan. Kekentalan kuah ini merupakan perpaduan rempah-rempah, kuah kaldu, dan telur. Rasa yang ditawarkan punya ciri khas kuliner Jawa yang identik dengan rasa gurih. Tidak berubah meski dikelola oleh keluarga secara turun temurun.

“Meski dengan aneka keunggulan yang dimiliki, tetap saja omset menurun saat Pandemi. Penghasilan Rp500.000,00 per hari, menurun menjadi Rp300.000,00,” kata Prapti akhir bulan lalu.

Prapti berusaha bertahan dengan menurunkan penyediaan bahan baku selama membuka lapak. Dari yang sebelumnya belanja bahan dan bumbu menghabiskan Rp300.000 belakangan diturunkan demi antisipasi tidak habis terjual.

Dirinya memaklumi penurunan hasil itu. Sebab kondisi tersebut tak dialami sendirian. Dirinya masih bersyukur mampu tetap bertahan meski terjadi gelombang pandemi yang tak sebentar.

Atas saran pelanggan utamanya kelompok usia muda, ia kini mulai menggunakan medis sosial untuk mengenalkan Bakmi Jawa olahannya.

“Semoga pandemi terus-menerus mereda. Sehingga pemilik usaha kecil dan menengah seperti saya kembali bangkit,” tukas Prapti.

Penulis: Riska Saputri (Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa)

Facebook Comments Box

Pos terkait