Tempoe doeloe Gunungkidul dikenal dengan masyarakatnya yang sengsara. Apalagi saat jaman gaber, pathek, dan tuma kathok yang nggegirisiiiii.
Namun mereka tak pernah pantang menyerah menghadapi kenyataan hidup seperti itu. Mereka tetap berjuang demi keluarga, mikul gaplek “munggah gunung medhun jurang” untuk sampai ke ngarai dan menukarnya dengan segenggam beras.
Kakek nenek kita berusaha keras mencukupi kebutuhannya tanpa mengeluh. Tekadnya kuat dan keras. Mereka rela mengorbankan segalanya dimilikinya agar anak turunnya mendapatkan kemuliaan.
Segala daya, upaya ditempuh serta “gentur ngibadahe“. Mereka mulat dan anuladha alam. Terutama falsafah dari pohon jati yang kuat, kokoh, menjulang tinggi, tetapi rela menggugurkan daunnya demi kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Nah… Kita warga Gunungkidul sudah selayaknya bangga. Berkat perjuangan para leluhur, kini kita hidup lebih “mukti lan wibawa“.
Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur dan selalu membasahi lisan kita dengan doa-doa untuk arwah mereka.
SALAM LITERASI…..