Kenangan Manis Pacaran Jaman Tahun 80-an

Yang-yangan. Foto: Ris.

Sedulur-sedulurku yang terkasih. Masih ingatkah sodara-sodari akan cerita yang pernah aku tulis sebelumnya tentang Yang-yangan Part I saat itu. Pasti kalau sedulur-sedulurku mengikuti akan tahu akhir dari kisah yang-yangan-ku yang mengharu-biru tersebut. Ya, berakhir dengan kekecewaan yang amat sangat besar dalam hatiku.

Baca kisah terdahulu: Yang-yangan

Bacaan Lainnya

Tegesse ki cinta pertama yang berakhir dengan dibohongi mentah-mentah, jebul gadis yang aku cintai sudah punya pacar. Kurang opo jal aku ki? Yen golek sing sugih aku trimo mundur, yen golek sing setia aku trimo mundur eehh kliru ding, aku maju! Yen golek sing guanteng maksimal, nah ini aku pasti maju nomor siji….cieeee,

Pokokmen critane tragis. Untung aku ki tergolong laki-laki yang tegar setegar batu karang di laut, yang tidak menangis walau hati pedih perih penuh dengan luka.

Singkat kata aku neng-nengan ro mantan pacarku yang telah menghianati aku. Maklum aku masih sekelas dengan dia, sama-sama duduk di kelas 1C SMA Swasta di kota kecil Wonosari, Gunungkidul, Yogjakarta.

Arep po aku misuh ping pitulikur ben dino tetep tidak akan merubah keadaan, aku tetep *dikacangin *wong mantan pacar aku tetep ijih yang-yangan ro pria lain yang ada di luar kelas, di luar sekolahku. Aku ra emosi sumpih wis…..

*Sabanjurre *setelah melalui perenungan dan pensunyian yang mendalem, barulah kegilaan-kegilaan ini aku mulai. Kegilaan apa yang aku lakukan? Nah pasti penasaran ya? Penasaran ya?

Kegilaan pertama adalah, aku PDKT sama Dwi temenku yang muanis putih dan juga punya suara serta logat yang indah. Maklum Dwi adalah gadis yang berasal dari Tepus daerah kidulan dari Gunungkidul yang mempunyai logat Bahasa yang khas, tur yo ngangenin tenan yen dirinya sekedar tersenyum.

Eee kok ndilalah pucuk dicinta ulam pun ngambang depan mata, hayuk disambar nggak nih…..

Sudah pasti aku sambarlah, walau *sakjannya *masih remeng-remeng signal yang aku tangkap, entah dia memanfaatkan aku yang sedang rapuh, atau karena saking sakitnya rasa hati ini jadi kurang peka akan tanda-tanda yang dia berikan padaku. Wis embuhlah…….

Nah gadeng aku termasuk murid yang agak encer otaknya, maka perkara pelajaran dari Biologi, ilmu ekonomi sampai PSPB semua aku makan dengan entengnya untuk waktu itu loh ya. Maka segala tugas sekolah yang berkaitan dengan pelajaran si Dwi tidak mengecewakan lagi karena ada aku yang siap memberikan segalanya. Mangkanya si Dwi senyum-sentum ajah karena menjelang naik-naikan kelas dan penjurusan sudah tidak menghawatirkan lagi. Aku berasa puas sekali kalau Dwi setiap tugas dan ulangannya mendapat nilai bagus, padahal dulu-dulu sebelum aku *glibetin *nilai-nilai dia jeblok. Aku jan-jannya ndak mau nyombong, tapi inih kenyataan yang ada.

Singkat kata, hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tidak terasa ulangan untuk naik-naikan kelas telah tiba, maka dengan agak sedikit serius aku belajar mengesampingkan urusan cinta-cintaan. Masa depan harus aku raih dengan keseriusan tanpa nyambi yang-yangan batinku. Jujur dalam hati aku *krentek *untuk nembak atau lebih serius pada Dwi itu ndak ada, mungkin karena kekecewaan yang mendalam, dan juga dendam pada mantan pacarku menjadikan akoh PDKT pada si Dwi.

Inilah kegilaan itu. Aku mencoba mencari pelampiasan dengan PDKT pada Dwi yang notabene dia itu teman sebangku dengan mantan pacarku. Ya, si Dwi tadi satu bangku satu meja dengan mantan pacarku. Edan kan……wis men puas aku melihatnya. Selain aku masih neng-nengan dengan si mantan, dan akhirnya si mantan pindah bangku tukeran dengan temenku yang lain. Ndak kuat kali ngelihat aku suka duduk di ujung mejanya si Dwi, atau sekedar ngasih tahu pelajaran pada Dwi yang muanis putih tadi. Puas……….

Waduuuhhh wis ah….

Nanti dilanjutkan lagi kisahnya……wis ya….

Tertanda: Penggemar Tongseng Pasar Argosari.

Facebook Comments Box

Pos terkait