Mengenal Onggok Sebagai Pakan Ternak

Onggok merupakan limbah dari industri tapioka yang berbentuk padatan yang diperoleh pada proses ekstraksi. Pada proses ekstraksi ini diperoleh suspensi pati sebagai filtratnya dan ampas yang tertinggal sebagai onggok. Mudahnya, onggok adalah sisa giling tapioka yang berasal dari ketela atau ubi kayu. Dalam bahasa Jawa, onggok seringkali disebut dengan gaber.

Onggok masih memiliki kandungan pati dan serat kasar, karena pada saat ekstraksi tidak semua kandungan pati terikut dan tersaring bersama filtrat. Pati dan serat kasar merupakan komponen karbohidrat dalam onggok yang masih potensial untuk dimanfaatkan.

Bacaan Lainnya

Onggok merupakan bahan sumber energi yang mempunyai kadar protein kasar rendah, tetapi kaya akan karbohidrat yang mudah dicerna bagi ternak. Penggunaan onggok sebagai pakan karena harganya murah, tersedia cukup melimpah, dan mudah didapat.

Menurut penelitian Suryapratama (2005), onggok mengandung 2,20% PK dan SK sebesar 26,90%. Kemudian, menurut Rasyid dkk (1995), onggok merupakan bahan sumber energi yang mempunyai kadar protein kasar rendah, tetapi kaya akan karbohidrat yang mudah dicerna (BETN) bagi ternak. Penggunaan onggok sebagai pakan ternak mampu menurunkan biaya ransum.

#1. Onggok untuk Pakan Ternak Ruminansia

Dalam penelitiannya Setyoningsih (2008) dengan judul Pengaruh Penggunaan Campuran Ampas Bir dan Onggok dalam Konsentrat Terhadap Performan Domba Lokal Jantan, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan campuran ampas bir dan onggok sampai taraf 30% dalam ransum dapat digunakan sebagai alternatif bahan pakan penyusun ransum dalam pemeliharaan domba lokal jantan karena dapat menurukan biaya pakan.

#2. Onggok untuk Pakan Ternak Unggas

Onggok, sebagai bahan organik mempunyai potensi sebagai bahan pakan ternak. Namun karena kandungan protein yang rendah, kurang dari 5% dan disertai dengan kandungan serat kasarnya yang tinggi, lebih dari 26,90%, maka penggunaannya dalam penyusunan pakan ternak sangat terbatas, terutama untuk monogastrik seperti ayam, itik, ikan dan sebagainya (Hasan dkk, 1996; Klemesrud dkk, 1997).

Hasil dari penelitian Supriyati dkk, (2003) yang berjudul Onggok Terfermentasi Sebagai Bahan Baku Pakan Ayam Kampung Petelur, diperoleh hasil bahwa penggunaan onggok terfermentasi dalam ransum meningkatkan produksir telur harian masing-masing untuk yang dipelihara secara individu dan kelompok sebesar 32,20% dan 26,06%. Bobot telur meningkat sebesar 7,95%.

Kemudian, pada pemeliharaan ayam dengan sistem batere (individu) peningkatannya lebih baik dibanding dengan sistem ren (kelompok). Hal ini dikarenakan pada sistem batere pergerakan ayam terbatas.

Penggunaan onggok terfermentasi dalam ransum ayam kampung petelur ternyata dapat menekan biaya pakan. Dengan asumsi 25% jagung dapat disubstitusi dengan onggok terfermentasi sebanyak 15%, maka selisih harga yang dapat dihemat adalah Rp 292,50/kg ransum.
Dengan demikian, bila diasumsikan seorang petani-ternak memiliki 100 ekor ayam petelur, yang rata-rata mengkonsumsi pakan 100 g/ekor/hari, maka biaya yang dapat dihemat per hari adalah Rp 2.925. Penghematan biaya produksi selama 6 bulan mencapai Rp 535.275.

***

Referensi: https://www.ilmuternak.com/2015/12/onggok-untuk-pakan-ternak

Facebook Comments Box

Pos terkait