Menjaga Kecerdasan Emosi Saat Mengemudi

Seorang pemotor sukarela membantu mengatur arus lalu lintas di Bokong Semar Piyungan. Foto: M Aldi Wibowo/SL.

SEPUTARGK.ID – Belakangan ini sering terjadi kecelakaan lalu-lintas di wilayah Gunungkidul. Bahkan beberapa kejadian laka lantas tersebut berakibat fatal sampai korbannya meninggal dunia. Tidak ada seorang pun yang berharap terjadi kematian karena sedang melakukan perjalanan di jalan raya.

Lantas, apa dan mengapa masih saja terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan raya? Padahal jalan raya semakin bagus, halus, dan mulus. Tikungan, belokan, tanjakan, turunan pun juga semakin disempurnakan agar memenuhi persyaratan. Demikian pula fasilitas pendukungnya seperti rambu lalu lintas, lampu APILL, isyarat lalu lintas lainnya, pengaturan lalu lintasnya pun semakin lebih baik lagi.

Bacaan Lainnya

Ada apa, kok masih saja terjadi kecelakaan lalu lintas? Bahkan seorang pengendara yang sudah hati-hati, tertib patuh berkendara pun bisa saja menjadi korban karena kelalaian pemakai jalan lainnya.

Kecelakaan lalu lintas sering terjadi karena kelalaian pengendara dalam mengantisipasi situasi yang terjadi. Salah satu penyebabnya karena masih kurangnya pengendalian diri saat mengemudi kendaraan. Itu bisa terjadi baik pada pengemudi mobil atau pengendara motor. Bahasa gaulnya adalah perlunya menjaga kecerdasan emosi saat mengemudi.

Sering terjadi meluapnya emosi pengendara karena situasi yang dihadapi di tengah perjalanan atau sebelum melakukan perjalanan sudah ada masalah yang dibawa. Bisa jadi pula karena melihat perilaku sesama pengendara di jalan raya. Ini juga sering menjadi pemicu masalah yang tidak sepele. Perlu diketahui, emosi yang meluap-luap saat berkendara adalah tindakan yang membahayakan diri sendiri dan dan membahayakan orang lain sesama pengguna jalan raya.

Emosi yang meluap-luap itu berbagai macam kondisi. Bisa karena situasi sedih tak terhingga sampai marah-marah tak terbendung. Senang meluap-luap tak kepalang tanggung pun juga bisa membuat terlena. Bisa saja ada pengemudi yang marah-marah kemudian meluapkan amarahnya pada pengendara lain.

Girang tidak kepalang bisa saja membuat lupa mesti berhenti di lampu merah, atau lupa harus berjalan ketika lampu sudah hijau. Sering dijumpai kasus pengendara tiba-tiba berbelok tanpa memberikan isyarat duluan, dan sebagainya. Karena itu, sangat penting bagi pengendara untuk selalu menjaga kecerdasan emosi ketika berkendara.

Lalu apa tipsnya? Pertama, hindari mengemudi secara agresif. Karena cara mengemudi yang agresif dapat mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Saat dikemudikan dengan agresif, mobil atau motor yang dikemudikan biasanya bergerak ke kiri dan ke kanan secara tiba-tiba. Hal ini tidak dapat terbaca oleh pengguna jalan lain, sehingga kemungkinan untuk menabrak, ditabrak atau bertabrakan dengan kendaraan lain menjadi sangat besar.

Kedua, hindari perilaku terburu-buru saat melakukan perjalanan. Berangkat lebih awal menjadi lebih baik, sehingga tidak perlu memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Berkendara dengan kecepatan yang sedang-sedang saja dan sewajarnya tentu akan lebih aman dan membuat menjadi lebih rileks, lebih mudah berkonsentrasi dalam mengendalikan kendaraan.

Ketiga, selalu meniatkan diri untuk menjadi orang yang sabar sebelum berangkat berkendara. Ini penting karena akan menjadi pengingat bagi diri sendiri ketika mulai terpancing emosi oleh situasi di jalan raya atau karena kesalahan pengguna jalan lainnya. Selalu berpikir ke depan, bahwa akibat-akibat buruk yang mungkin terjadi jika meluapkan amarah tanpa kendali di jalanan.

Siapapun bisa celaka karena tidak bisa mengendalikan emosi, marah-marah atau sebaliknya kegirangan yang menjadikan lupa diri. Orang lain pun bisa celaka karenanya.

Ya, karena sesungguhnya memang tidak ada kebaikan yang didapat dengan perilaku marah-marah atau lupa diri di jalanan dan di perjalanan.

***

Facebook Comments Box

Pos terkait