Membangun sebuah organisasi sosial memang jauh lebih mudah daripada membangun organisasi politik. Organisasi sosial lebih leluasa untuk bisa bergerak di semua lini masyarakat daripada organisasi berorientasi profit murni. Tetapi memepertahankan visi dan misi serta marfah paguyuban adalah tantangan tersendiri bagi setiap organisasi sosial.
Sebagai salah satu orang yang pernah ikut membangun komunitas berbasis hoby (GP), berbasis profesi (Europe Rivercrew Indonesian Community), berbasis ormas (LAI) dan berbasis gerakan sosial (ICG), saya memahami betul setiap tantangan yang harus dihadapi setiap organisasi. Kepentingan-kepentingan untuk mendapatkan keuntungan bagi kelompok atau pribadi sering memperkeruh tujuan awal sebuah organisasi dibentuk.
Tidak jarang visi misi sebuah organisasi sosial tergadaikan oleh kebutuhan sesaat dari anggotannya sendiri.
Adalah Ikatan Anak Rantau Gunungkidul atau IKARAGIL, sebuah organisasi yang ingin turut serta dalam setiap detak pembangunan kampungnya yang bernama Gunungkidul. Dimotori oleh para perantau yang memiliki panggilan tulus iklas untuk bisa berbuat, mendarma baktikan diri dari jarak jauh untuk kampungnya.
Dengan slogan semangat Yang Muda, Yang Berkarya, 9 tahun sudah kekaryaan orang-orang muda yang tergabung dalam organisasi sosial ini berkiprah. Dan 9 tahun IKARAGIL mampu dan bisa mempertahankan kesepakatan bersama untuk hanya bergerak di dunia sosial non profit adalah pencapaian yang luar biasa. Tentu dengan melihat tantangan hari demi hari yang pasti memberi peluang besar untuk bisa diajak bergeser dari panggilan IKARAGIL sesungguhnya.
Saya yakin bahwa tawaran-tawaran menggiurkan pernah dihadapi oleh beberapa orang berpengaruh di IKARAGIL agar mau menggadaikan nama IKARAGIL untuk kepentingan atau keuntungan sesaat pada pribadi atau sekelompok orang. Tetapi, 9 tahun adalah pembuktian yang cukup kuat. Bahwa para pengurus dan anggota benar-benar mengerti apa dan bagaimana tujuan IKARAGIL dibentuk.
Banyak yang sudah dilakukan oleh IKARAGIL, tetapi tentu masih banyak kekurangannya. Itu sangat wajar bagi sebuah organisasi yang memiliki ribuan anggota aktif di seluruh Indonesia. Harapan atas keterlibatan IKARAGIL dalam pembangunan di kampung halaman tentu juga semakin besar. Kepengurusan yang silih berganti, dalam 9 tahun ini terus berdinamika untuk semakin meneguhkan semangatnya.
Apa yang menjadi kekuatan mereka? Gotong royong, iklas tanpa berharap keuntungan pribadi, paseduluran dan rasa memiliki kampung halaman sepertinya adalah kunci. Selain semangat dan adrenalin yang terus dipupuk dan dijaga.
Melalui IKARAGIL, juga ada wajah Gunungkidul sesungguhnya, itu nyata!
Selamat merayakan 9 tahun berkarya untuk kampung halaman dan Indonesia, IKARAGIL. Pandemi Covid19 yang belum berakhir ini, semoga semakin bisa menegaskan kemanusiaan kita. Selamat berperan, IKARAGIL BISA!
Salam Handayani
*Tulisan ini saya buat setelah membongkar tenda lapak kaki lima, salah satu saksi perjalan IKARAGIL di Gunungkidul.