Kacang gude (cajanus cajan) mampu menjadi tambahan penghasilan petani lahan kering Gunungkidul. Praktek budidaya kacang gude secara tradisional telah dilakukan petani Gunungkidul sejak lama. Sebagaimana diketahui, zone selatan kabupaten Gunungkidul merupakan daerah pertanian lahan kering. Sistem pertaniannya mengandalkan curah hujan, sehingga pertanaman padi hanya dilaksanakan sekali setahun, kemudian musim berikutnya dilanjutkan dengan tanaman palawija. Apabila musimnya bagus maka panen musim kedua akan berlimpah, namun jika curah hujan tersendat, maka hasil kurang optimal.
Lalu bagaimanakah para petani zone selatan meningkatkan pendapatan dari usaha taninya? Budidaya kacang gude telah dilakukan para petani zone selatan Gunungkidul. Para petani sudah terbiasa beradaptasi dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Daerah selatan yang terkenal dengan pegunungan seribu, karena dipenuhi bukit-bukit yang berbatu dengan lapisan tanah tipis, bahkan boleh dikatakan “batu bertanah” ternyata memiliki khasanah flora yang bernilai ekonomi menjadi tambahan sumber pendapatan para petani, salah satunya ya tanaman kacang gude ini.
Kacang gude adalah sejenis tanaman kacang-kacangan yang bersifat tahunan (perenial). Bijinya dapat dimakan dan menjadi sumber pangan alternatif. Tanaman ini relatif tahan panas dan kering sehingga cocok sebagai tanaman penghijauan kawasan kering. Para petani zone selatan Gunungkidul menanam kacang gude pada lereng- lereng bukit berbatu. Tanaman ini tumbuh sepanjang tahun dan dipanen 3 bulan sekali.
Kacang gude di memiliki berbagai sebutan lokal di berbagai wilayah Indonesia, disebut kacang binatung (Makassar), fouhate (Ternate dan Tidore), kacang gude (Jawa), kacang bali (Melayu), undis/kekace (Bali), hiris (sunda), kance (Bugis), iris/ turis/ lebui/ legui/ puwe jai (Halmahera), tulis (Rote), tumis (Timor), ritik lias (Batak Karo), dan koluere (Tomia-Wakatobi).
Kacang gude adalah salah satu legum yang paling toleran kekeringan dan menghasilkan polong pada musim kering. Kacang gude memiliki kombinasi keunggulan seperti profil gizi yang optimal, toleransi yang tinggi terhadap stres lingkungan, produktivitas biomassa yang tinggi, dan berkontribusi besar bagi nutrisi dan kelembaban tanah. Kacang gude kaya akan pati, protein, kalsium, mangan, serat kasar, lemak, dan mineral. Selain itu, kacang gude juga digunakan sebagai obat tradisional di berbagai negara.
Sutrisno (48), petani dari Dusun Pringsanggar Purwodadi, Tepus saat dijumpai di lahan Bulak Sumurup Purwodadi Tepus sedang memanen kacang gude. Sutrisno menjelaskan, dalam sekali panen sehari dia mendapatkan 3 kg kacang gude, dan panen bisa dilakukan beberapa hari. Jumlah tersebut lumayan cukup untuk menambah pendapatan petani seperti dirinya.
Ia menuturkan, harga satu kilo kacang gude dihargai Rp 15.000,-. Rata-rata satu petani bisa memanen sekitar 30 kg, hal ini dikarenakan kacang gude hanya ditanam selingan di lereng lereng bersamaan dengan tanaman lain seperti pohon turi, kacang koro benguk dan lain-lain. Sedangkan tanaman utama yang diusahakan adalah kacang tanah, saat ini curah hujan cukup baik sehingga pertumbuhan kacang tanahnya subur, berharap besuk saat panen hasilnya memuaskan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul Ir Bambang Wisnu Broto menyempatkan diri memantau pertanaman palawija di zone selatan saat di bulak Sumurup pada akhir Mei 2020. Ia bersyukur melihat pertanaman palawija baik kacang tanah dan jagung tumbuh subur. Dirinya berharap pada awal Juni ini masih ada curah hujan di zone selatan sehingga menambah ketersediaan air untuk pertanaman musim kedua di lahan kering
Kepala DPP Gunungkidul ini juga mengapresiasi para petani yang masih menanam kacang gude dan koro benguk disamping tanaman utamanya. Menurutnya, hal ini akan menambah pendapatan petani. Disamping pendapatan dari kacang gude, sebenarnya manfaat kacang gude bagi petani cukup banyak, antara lain bisa dimasak untuk sayuran keluarga, sedang titen atau seresah dari tanaman kacang gude juga untuk pakan ternak.
Menelisik beberapa laman jual-beli online, harga pasaran kacang gude ternyata cukup fantastis. Ada laman online yang menawarkan kacang gude seharga Rp 17.000 per pak 250 gram, atau setara Rp 65.000 per kilogram. Apabila para petani bisa melakukan olahan hasil sendiri dengan pengemasan yang menarik, tentu akan berpeluang besar mengisi pasar yang masih langka ini. (RY/DPP-GK/Bara)