Menyongsong Pilkada: Puisi-puisi Mashudi

"Hijrah" karya Thoyib Sigit S
"Hijrah" karya Thoyib Sigit S

TELAH DATANG MASA

“Podang Ngisep Sari”, Acrylic on Canvas, karya Suyidno.[Foto:NR]
Sumpah itu telah mengangkasa di ufuk barat
Mengantongi segala janji-janji
Meraup segala imaji-imaji

Bacaan Lainnya

Hendak dibawa ke mana ini
Awan gemawan telah tergambar
Sumpah masa silam mengguyur malam
Dan Sabdopalon entah di mana berada

Angin bertiup kencang
Tanah bergoyang-goyang
Laut berdendang
Hujan gampang susah digadang

Kepada-Nya kita memohon
Kepada Ratu Adil kita menampung harap
Kepada Satria Piningit tak segan-segan kita menunggui
Kepada Imam Mahdi yang selalu dirindu-rindukan ucapan kulanuwun-nya

Genggam erat petuah masa silam
Kepada jujur bening embun pagi bersandar pada sehelai daun
Pasrah lantas salam terucap di dalam hening terpancar cahaya berpendar pada gaun putih berkelebat menjawab kebisuan kita.

[Wonosari, 2020]

KEPADA MIMPIKU

“Buat Esok”, Oil on Canvas, karya Happy Tri Wibowo.[Foto:NR]
Kepada mimpi-mimpiku
Yang meretakkan segenap larut

Aku bertanya kepada pilihanku
Kebingungan belum menentukan kepada siapa aku ikut

Kepada mimpi-mimpiku
Dan segenap harapan panjang
Berkali-kali sering membisu
Harapan baru adalah segala lapang

Kepada mimpi-mimpiku
Doa dan mantra beradu dupa
Engkau duduk pilu menunggui lesu
Di sini dikejar jangan sampai lupa

Kepada mimpi-mimpiku
Beratus-ratus rakyat menunggui janjimu
Jangan sampai lupa akan pilihanku
Menang kalah ditentukan oleh takdirmu

Kepada mimpi-mimpiku
Aku tau segala maksudmu
Hidup ada menang ada kalah
Hanya kepada-Nya kita berserah

[Wonosari, 2020]

SUARA DALAM SUARA

“Sembur Tutur”, Acrylic on Canvas, karya Edi Padmo.[Foto:NR]
Suara-suara menggema
Suara-suara disuarakan
Suara-suara banyak untuk bersama
Dari bersama untuk sesama

Suara-suara masuk dalam ruang
Bersuara dalam kesunyian
Dari diri dan banyak diri saling bersuara
Dalam suara ada banyak
Banyaknya suara menyuarakan suara
Kalau suara itu bersuara
Bersuara melahirkan suara-suara

Jika tidak bersuara
Lantas kapan kita akan mendengarkan suara-suara
Sebab puncak suara adalah kesejatian suara

[Wonosari, 2020]

JANGAN LUPAKAN TUHAN

“Ajal” karya Kusnan Hidayat S.[Foto:NR]
Masuklah ke dalam relung
Buah kata yang polos dan bersahaja
Hujani kejujuran abadi
Lantas berharap kepada-Nya Kemenangan itu tejadi

Masuklah ke dalam sukma sejati
Butiran-butiran lembut
Percikan kesucian nilai
Kesadaran memeluk hati
Lantas berharap kepada-Nya
Kemenangan itu terjadi

Masuklah ke dalam suci sanubari
Luapkan kedamaian
Guyurkan kesejahteraan
Sirami rasa adil
Lantas berharap kepada-Nya
Kemenangan itu terjadi

Masuklah ke dalam Suara Tuhan
Siapa yang akan melawan
Jika Tuhan sudah turun tangan
Tak perlu khawatir jika Tuhan sudah sedemikian rupa merangkulmu
Kemenangan tidak perlu engkau yakini
Melainkan sudah benar-benar digenggamanmu

Percayalah itu!

[Wonosari, 2020]

 


 

Mashudi.[Foto:MH]
Mashudi.[Foto:MH]
[Mashudi adalah penulis puisi kelahiran Gunungkidul 1982 dan tinggal di Gunungkidul. Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media, di antaranya: Tutur Sang Ayah (Majalah Nasima Merah Putih Semarang), Jenguk Aku (Media Online Puisipedia), Ranti, Siang Itu, Rahasia (Media Online Apajake). Hingga kini Mashudi masih menuangkan isi pena di sela-sela kesibukannya.
Facebook Comments Box

Pos terkait