Ramai-Ramai Memperbincangkan Cupu Panjolo

Hidangan kopi pahit pagi hari. Foto: Bilal?SeputarGk.

Cupu Panjolo dan tradisi pembukaan kain mori pembungkus Cupu Panjolo di Dusun Mendak Girisekar Panggang sudah berlangsung bertahun-tahun. Ada banyak orang yang sangat setia ikut lek-lekan mengikuti tradisi pembukaan benda yang dianggap keramat tersebut. Namun demikian, ada pula warga yang sangat mengkritisi tradisi pembukaan Cupu Panjolo sebagai hal yang berlawanan dengan ajaran keagamaan.

Bagi saya pribadi, fenomena Cupu Panjolo menjadi sebuah media pembelajaran untuk menjajaki seberapa dalam iman saya. Sinau biar lebih cerdas dalam berkegiatan, berfikir, dan beropini. Mungkin yang menyalahkan tradisi adalah orang yang memandang tradisi dari sudut pandang mereka sendiri.

Bacaan Lainnya

Saya mempunyai pandangan terkait dengan fenomena tradisi pembukaan Cupu Panjolo tersebut, yaitu:

1. Membakar kemenyan itu untuk menebarkan aroma yang bisa mengurangi pengap, meningkatkan kekhusyukan dalam berdoa, membuat agar terus bisa “terjaga” ketika menyimak/melakukan sesuatu selain kopi. Jadi Bukan untuk makani demit. Wong demit ki panganane opo yo ra reti mangane.. Kan mereka gaib.

2. Menonton bukaan cupu, menyaksikan tradisi, mengagumi kuasa Tuhan yang menunjukkan bukti kepada kita bahwa Tuhan memang maha segalanya. Lantaran benda2 ciptaannya yang menurut kita “sepele” ternyata tuhan menunjukkan berbagai keajaiban. Saya yakin, menggambar di kain pembungkus tersebut bukan kerjaan manusia. Entah itu bakteri/demit/jin tapi atas ijin Nya. Yang jelas saya masih penasaran.

4. Saya melihat gambar yang muncul bukan sebagai bentuk ramalan atau sarana untuk meramal. Melainkan sebagai pemuas diri yang pengen tahu “TAHUN INI ADA GAMBARNYA APA YA?” Sudah, begitu saja.

5. Di luar lokasi dan acara, kita sesungguhnya hanya mencoba menganalisis, apakah gerangan yang bisa membuat kain bisa bergambar yang berisi benda-benda, jika itu tidak dengan sengaja diberi atau digambari oleh manusia baik secara langsung maupun secara tidak langsung oleh proses pembungkusan dan proses alamiah yang berlangsung selama bungkusan itu belum dibuka.

Jadi, pada prinsipnya saya tidak percaya ramalannya. Saya percaya ya sama yang jelas-jelas saja. Misalnya: istri saya tadi pagi menghidangkan kopi pahit, ada PO (pesanan), DP (uang muka), Invoice (Tagihan Pembayaran), Kontrak Kerja, dll untuk pekerjaan yang saya jalankan. Saya tidak dalam misi untuk menyekutukan Tuhan untuk hal-hal seperti tradisi Cupu Panjolo ini.

(Bilal).

Facebook Comments Box

Pos terkait