RINDU IKHLASMU
Kristal bola matamu terpancar bening irama langkahmu
Tutur kata riang mengeja ria ramai suasana
Apalagi lembar demi lembar mengucur dari saku untukku
Telah mengetuk pintu ke pintu
Menerobos tembok dan anyaman bambu lusuh
Tanpa canggung dan risih tergenggam
Sedia dengan kerelaan pasti engkau menjenguk
Inilah warna-warni bola menggelinding
Di sana sini beradu tempur saling bertabrakan
Luka sembuh terluka
Menang kalah sakit
Adakah yang paling bening melebihi embun pagi yang bertengger di daun bidara
Menunggu kesucian atas kemurnian nilai
Mengantri kepastian atas jatah setiap wadah
Kematian menjelang tak ada pilihan untuk dipilih kembali
2020
ATAS KEHENDAK-MU
Tuhan Yang Agung
Aku ingin semua ini karena-Mu
Siang dan di dalam siang
Malam dan di dalam malam
Tuhan Yang Agung
Yang mengalirkan air sesuai tempat alirannya
Yang menempatkan pohon atas hidup dan kematiannya
Yang memberi hak atas hak hamba
Tuhan Yang Agung
Di sini telah melakukan polah atas keridhaan-Mu
Ada hitam juga ada putih
Lantas Kau anjurkan untuk memutih
2020
YA UWIS LAH
Kau terlalu dingin
Menggumpal seperti bongkahan es dalam kulkas tua
Sisa-sisa gelembung uapmu mengabarkan derita
Menyobek hati menikam naluri
Kau kira ini adalah kewajaran hidup
Tak tau kau sembunyi di balik sebuah rasa
Kau terlalu dingin
Memacu hidup sesuai harapmu
Kau ingin dan yang lain puasa atas inginmu
Oalah manusia ada-ada saja
Menerka di ruang terka
Hinggaplah kecemasan di sudut relung
Oalah manusia ada-ada saja
Ya uwis lah
2020
TETAP MASIH DI SINI
Kalau aku merantau cemas
Tak kerasan karena was-was
Biarlah di sini terpaku bahagia
Susah air pun tak membuatku dahaga
Kalau di sana mengantongi sekarung uang kertas
Untuk menukar kebahagiaan dan puncak kekuasaan tak terbatas
Biarlah di sini bersama cinta ibu dan sunyi dalam semedi
Yang di sana akhirnya pun kembali lagi
Kalau aku bermimpi
Di sini sanggup untuk menanti
Huma berbakti
2020
[Penulis: Mashudi; penulis puisi kelahiran Gunungkidul 1982 dan tinggaldi Gunungkidul. Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media baik cetak maupun online. Hingga kini Mashudi masih menuangkan isi pena di sela-sela kesibukannya.