Selain untuk konsumsi sendiri, beras yang diproduksi para petani di Gunungkidul juga dijual ke pasar. Penjualan ke pasar pada umumnya dilakukan melalui kelompok-kelompok tani. Menurut pencatatan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, setidaknya terdapat 14 kelompok tani dan perorangan yang menjual beras ke pasar dalam skala besar.
Sebagaimaa diketahui, Kabupaten Gunungkidul memiliki lahan sawah 7.863 ha dan lahan tegalan 65.713 ha. Dari lahan sawah tersebut bisa ditanami padi dua kali bahkan untuk lahan irigasi bisa ditanami tiga kali dalam satu tahun, dan pada lahan tegalan ditanami padi sekali pada musim penghujan.
Bagi petani padi merupakan cadangan pangan pokok untuk satu tahun sehingga setiap panen padi petani harus bisa menyimpan sebagai cadangan pangan. Dari beberapa wilayah Kabupaten Gunungkidul yang memiliki lahan sawah tersebut kelompok/petani bisa menjual gabah/beras untuk mencukupi kebutuhan pangan selama satu tahun.
Kelebihan dari konsumsi pangan beras milik petani dijual melalui gapoktan atau kelompok tani untuk memenuhi kebutuhan lainnya Berikut beberapa kelompok/petani yang menjadi produsen beras di Gunungkidul:
- Hantoro, Gapoktan Genjahan Makmur, Genjahan Ponjong, kapasitas 6 ton/bulan beras putih dan 0,5 ton/bulan beras merah, mulai tahun 2017, pemasaran: Toko Tani Indonesia, kemasan 1 kg.
- Suparna, Koperasi Tani Muda Cerdas, Kampung Ngawen, kapasitas 10 ton/bulan (dari petani Ngawen 4 ton/bulan), mulai tahun 2017, pemasaran: E-warung BPNT, masyarakat sekitar, Tepus dan Girisubo, kemasan 5 kg dan 10 kg.
- Sumari, Gapoktan Sido Dadi, Sawahan Bleberan Playen, kapasitas 8 ton/musim, pemasaran: Jogja, masyarakat sekitar, LDPM, kemasan 5 kg.
- Mugiyanto, Butuh Pulutan Wonosari, mulai tahun 2018, kapasitas 6 ton/bulan, pemasaran: Toko Tani Indonesia, warga sekitar, kemasan 1kg, 2,5 kg, 5 kg.
- Sukino, KT Sidodadi Sejahtera, Ngagel Karangmojo, mulai tahun 2017, kapasitas 4 ton/musim (beras sehat), pemasaran: warga sekitarnya dan warung, kemasan curah.
- Suprapto, Gapoktan Karangmojo, mulai 2018, kapasitas 1,5 ton/musim, pemasaran: warung makan, kemasan curah.
- Sukarno, KT Majulancar, Karangmojo 2, mulai 2018, kapasitas 1,5 ton/musim, pemasaran: Jogja, Jakarta, masyarakat sekitar, kemasan curah.
- Garotani, KT Ngudi Mulyo Garotan Semin, mulai 2019, kapasitas 0,5 ton/bulan, pemasaran: pesanan, kemasan 1 kg, 2,5 kg, 5 kg.
- Karman, KT Adi Makmur Karangmojo, mulai 2018, kapasitas 2 ton/bulan, pemasaran: lokal, kemasan curah.
- Wakino, Ponjong, mulai 2017, kapasitas 2 ton/bulan, pemasaran: lokal, kemasan curah.
- Anggit, Karangduwet 1 Karangmojo, mulai 2017, pemasaran: BPNT, warung sekitar, kemasan curah.
- Haryanti, genjahan Ponjong, mulai 2019, kapasitas 0,75 ton/bulan, pemasaran: pesanan ASN, kemasan curah.
- Titik, KT Gatakrejo Karangmojo, mulai 2015, kapasitas 3,5 ton/musim, pemasaran: warung sekitar, kemasan curah.
- Gapoktan Subur Makmur, Bulurejo Semin, mulai 2018, kapasitas 6 ton/bulan, pemasaran: Toko Tani Indonesia, LDPM, kemasan 5 kg.
Dari hasil pendataan DPP Kabupaten Gunungkidul, untuk tahun 2020 para petani lebih banyak menyimpan gabah hasil panen karena adanya pandemi Covid 19 sebagai cadangan pangan, sehingga menyebabkan para pengepul beras mengalami penurunan volume yang bisa dipasarkan. (DPP-GK/STW/Bara)